Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD MODUL 3 PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR

TUGAS KELOMPOK

EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
Disusun Oleh:
1. DINI LADY PUSPITHA               (837380928)
2. HERMIN NURANIFAH               (837413621)
3. SEPTIYAN DIAN TRISTIANA   (837383916)
4. WIDIANTO HARI WIDODO       (837413581)
MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD MODUL 3 PENGEMBANGAN TES HASIL BELAJAR

MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

Kegiatan Belajar 1    : Pengembangan Asesmen Alternatif
A.    LATAR BELAKANG
Pada penggunaan asesmen alternatif hanya menggunakan tes tertulis (paper and pencil test) Test tertulis  hanya dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif  dan ketrampilan sederhan namun tidak dapat mengukur hasil belajar yang kompleks. Namun dalam kenyataannya tes ini dilakukan tanpa memperhatikan proses pembelajaran . Yang membuat tes ini tidak hanya guru asli tetapi dapat dilakukan oleh guru lain asalkan guru tersebut mengethui kompetensi dasar yang akan dicapai dan menguasai materi. Didalam tes ini berorientasi pada pencapaia hasil belajar siswa bukan pada proses belajar. Kelemahan yang timbul dalam proses tes ini dalam pembelajaran yang dikenal dengan asesmen alternatif.

B.     KONSEP DASAR ASESMEN ALTERNATIF
Penilaian asesmen merupakan kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem pendidikan secara keseluruhan. Ada beberapa istilah dalam asasmen yaitu traditional assesment , performance assesment , authentic assesment , potofolio assesment , achievement assesment dan alternative assesment .
a)    Traditional assesment mengacu pada tes tulis
b)    Performance assesment yaitu siswa diminta untuk kinerja nyata dalam dalam
    penyelesaian tugas.
c)    Authentic Assesment yaitu penerepan siswa diluar sekolah berdasarkan      
    kemampuannya.
d)    Portofolio assesment yaitu kumpulan hasil karya siswa.
e)    Achivement assesment tes yaitu tulis untuk mengukur tingkat kemampuan siswa.
f)     Alternative assesment tes yang tidak hanya dengan tes tulis namun merupakan
    alternatif dari asesmen traditional.

C.    LANDASAN PSIKOLOGIS
Assesment alternatif tidak hanya menilai hasil/produk belajar saja namun menilai proses belajarnya juga. Assesment alternatif juga mengacu dari beberapa teori diantaranya adalah sebagai berikut :
1.    Teori Fleksibilitas Koqnitif dari R.Spiro (1990)
     Teori ini menyatakan bahwa hakikat belajar adalah kompleks dan tidak terstruktur.
2.    Teori Belajar Bruner (1996)
     Mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses aktif dilakukan siswa dengan cara  mengkontruksi sendiri gagasan baru ,pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.Dalam teori ini diharapkan siswa dapat menerapkan kempuannya kedalam hal yang lebih luas.
3.    Generative Learning Model dari Obsorne dan Ittrock (1983)
     Menjelaskan bahwa otak tidak hanya pasif menerima informasi tetapi aktif membentuk dan menginterpretasikan sesuatu.Lebih ke fungsi otak beserta fungsinya.
4.    Experiental learning theory dari C.Rogers (1969)
     Teori yang membedakan dua jenis belajar yaitu cognitive learning (pengetahuan) dan experiental learning (pengalaman).
5.    Multiple Intelligent Theory dari Howard Gardner (1983)
    Suatu kemampuan seseorang yang digunakan untuk memecahkan masalah atau kemampuan untuk menunjukkan suatu produk yang dihargai oleh suatu budaya.

D.    KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN ASESMEN ALTERNATIF
1.    Keunggulan asesmen alternatif :
a.       Dapat menilai hasil belajar yang kompleks
b.      Menyajikan hasil penilaian yang lebih kongkrit,langsung dan lengkap.
c.       Meningkatkan motivasi siswa
d.      Mendorong pembelajaran dalam situasi yang nyata.
e.       Siswa mampu mengevaluasi diri sendiri terhadap hasil karyanya sendiri.
f.        Membantu guru untuk menilai efektifitas pembelajaran yang dilakukan.
g.      Membantu memecahkan masalah yang dihadapi di kehidupan sehari hari
2.    Kelemahan asesmen alternatif :
a.       Membutuhkan banyak waktu
b.      Adanya unsur subyektif dalam penilaian
c.       Ketetapan penskoran rendah
d.      Tidak tepat untuk kelas besar



MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

Kegiatan Belajar 2    : Asesmen Kinerja
Struktur Asesmen kinerja Terdiri dari tugas (Task) dan kinerja penilaian (Rubric). Informasi kinerja siswa dapat diperoleh dari berbagai jenis tugas atau tagihan antara laincomputer adaptive testing , tes uraian , tugas individu , tugas kelompok , dan sebagainya.
Langkah-langkah yang harus diperhatikan guru dalam menyusun tugas adalah :
1.      Mengidentifikasi pengetahuan dan ketrampilan yang akan dimiliki siswa setelah mereka mengerjakan tugas tersebut.
2.      Merancang tugas yang memungkinkan siswa dapat menunjukkan kemampuan siswa dalam berpikir dan ketrampilan. Setiap tugas hendaknya memiliki kedalaman dan keluasaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
3.      Menetapkan kriteria keberhasilan. Setelah tugas disusun dengan baik maka tugas guru selanjutnya adalah menetapkan kriteria keberhasilan yang akan digunakan sebagai patokan untuk menilai kinerja siswa.Kriteria keberhasilan yang dibuat sebaiknya secara rinci sehingga dapat menilai setiap kinerja yang diharapkan. Kriteria tersebut diperlukan agar guru dapat memberikan penilaian yang obyektif.Sebelum tugas dan rubrik digunakan , kita perlu menilai kualitas rubrik dan tugas yang telah kita buat.
Berdasarkan jenisnya ribrik dibedakan menjadi dua yaitu , holistic rubric dan analytic rubric. Hoslistic rubric merupakan rubrik yang dimensi atau aspek yang akan dinilai serta deskripsinya dibuat secara umum. Karena sifatnya seperti itu,holistic rubric dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis kinerja. Sedangkan analitic rubric merupakan rubric yang dimensi atau aspek kinerjanya serta deskripsi setiap aspeknya dibuat lebih rinci. Karena sifatnya yang seperti itu , analythic rubric hanya dapat digunakan untuk menilai kinerja tertentu.

  
MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF
Kegiatan Belajar 3    : Asesmen Portofolio

A.    Pengertian Dan Tujuan Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang disusun secara sistematis yang menunjukkan upaya, proses, hasil dan kemajuan belajar yang dilakukan siswa dari waktu ke waktu.
Menurut Jon Mueller tujuan penggunaan portofolio adalah sebagai berikut:
1.      Menunjukkan perkembangan hasil belajar siswa.
·         Menunjukkan perkembangan atau perubahan kinerja siswa
·         Membantu mengembangkan proses keterampilan seperti self evaluation (evaluasi diri) dan perumusan tujuan
2.      Menunjukkan kemampuan siswa
·         Menunjukkan kinerja siswa pada akhir semester dan akhir tahun
·         Menyiapkan hasil kerja terbaik untuk ditunjukkan kepada orang lain
3.      Menilai keseluruhan hasil belajar siswa
·         Menyiapakan karya siswa untuk memperoleh nilai akhir
·         Menyimpan perkembangan karya siswa untuk mencapai kriteria yang telah ditetapkan
Sedangkan asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut adanya kerja sama antara murid dengan guru. Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya siswa yang terpenting adalah proses seleksi yang dilakukan berdasar kriteria tertentu untuk dimasukkan ke dalam kumpulan hasil karya. Kumpulan hasil karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi sehingga siswa mampu mengenal kelemahan dan kelebihan karya yang dihasilkan.

B.     Perencanaan Portofolio
Menurut Shaklee (1997) delapa pedoman yang harus diperhatikan saat merencanakan portofolio adalah:
1.      Menentukan kriteria atau standar yang digunakan sebagai dasar asesmen portofolio.
2.      Menerjemahkan kriteria atau standar tersebut ke dalam rumusan hasil belajar yang dapat diamati. Kriteria atau standar tersebut harus sesuai dengan umur, kelas dan materi yang akan dinilai
3.      Menggunakan kriteria, memeriksa ruang lingkup dan urutan materi dalam kurikulum.
4.      Menentukan orang yang berkepentingan secara langsung (stakeholder) dengan portofolio siswa. Stakeholders yang terpenting dalam portofolio siswa adalah guru, siswa, teman sekelas dan orang tua siswa.
5.      Menentukan jenis – jenis bukti yang harus dikumpulkan
6.      Menentukan cara yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan berdasar bukti yang dikumpulkan
7.      Menetukan sistem yang akan digunakan untuk membahas hasil portofolio, pelaporan informasi dan asesmen portofolio.
8.      Mengatur bukti – bukti portofolio berdasar umur, kelas atau isi agar kita dapat membandingkan.

      Pelaksanaan Portofilo
Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati dengan siswa maka tugas guru kemudian adalah melaksanakan asesmen portofolio sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan tersebut, tugas guru adalah:
1.      Mendorong dan memotivasi siswa.
Memberi dorongan, semangat dan motivasi kepada siswa untuk menghasilkan karya terbaik. Tugas portofolio merupakan tugas yang diberikan sesuai dengan kondisi yang nyata pada kehidupan siswa.
2.      Memonitor pelaksanaan tugas.
Guru perlu melakukan pertemuan rutin dengan siswa guna mendiskusikan permasalahan yang dihadapi siswa.  Berilah komentar terhadap karya siswa. Mintalah juga siswa untuk memberi komentar terhadap hasil karyanya sendiri. Komentar yang diberikan oleh siswa sendiri terhadap hasil karyanya diharapkan dapat digunakan utuk memperbaiki kelemahan dan hambatan yang dialami siswa. Hasil monitoring yang dilakukan oleh guru akan dapat dijadikan sebagai bahan bagi pembelajaran berikutnya. Agar guru memperoleh gambaran yang utuh mengenai kemampuan siswa, guru perlu juga mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa. Guru dapat meminta siswa masukkan dari orang tua siswa tentang aktivitas siswa di rumah. Orang tua daoat memberikan masukkan tersebut secara lisan atau tertulis.
3.      Memberikan umpan balik.
Umpan balik dapat berupa komentar terhadap karya sswa yang bersifat kritis dengan tujuan untuk memperbaiaki atau meningkatkan kemampuan siswa.
4.      Memamerkan hasil portofolio siswa
Pamerkanlah hasil karya siswa yang mengundang stakeholders yang berhubungan langsung dengan fortofolio.

      Pengumpulan Bukti Portofolio
Beberapa guru memilih untuk menyimpan dua portofolio untuk setiap siswa. Satu portofolio disimpan sebagai bukti akhir pencapaian hasil belajar siswa dan satu lagi digunakan sebagai portofolio yang terus dikembangakan oleh siswa. Setiap satu minggu sekali atau dua minggu sekali, guru dan siswa mereview karya siswa kemudian memperbaikinya. Setelah itu guru dan siswa menyeleksi atau memilih hasil perbaikan pekkerjaan untk dikumpulkan dan disimpan ke dalam folder sebagai bukti perkembangan karya siswa.

        Tahap peilaian
1.      Penilaian dimulai dengan menetapkan kriteria penilaian yang disepakati bersama antara guru dengan siswa pada awal pembelajaran
2.      Kriteria penilaian yang telah disepakati diterapkan secara konsisten. Bila ada perubahan atau ada persepsi yang berbeda dalam menerjemahkan kriteria tersebut maka masalah tersebut harus dibicarakan bersama – sama antara guru dengan murid pada waktu pertemuan berkala yang telah dirancang.
3.      Hasil penilaian selanjutnya digunakan sebagai penentuan tujuan pembelajaran berikutnya.
4.      Penilaian dalam asesmen portofolio pada dasarnya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.



MODUL 3
PENGEMBANGAN ASESMEN ALTERNATIF

Kegiatan Belajar 4    : Penilaian Ranah Afektif

A.    Konsep dasar
Kemampuan efektif meruapakan bagian dari hasil belajar siswa yang sangat penting. Keberhasilan pembelajaran pada ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif siswa. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap positif terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tersebut sehingga mereka akan dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Walaupun para guru sadar akan hal ini tetapi belum banyak tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatakan minat dan mengembangkan sikap positif terhadap mata pelajaran. Fakta yang ada sampai saat ini pembelajaran masih di dominasi pada pengembangan ranah kognitif.  Menurut Krathwohl (dalam Groundlund and Linn, 1990), ranah fektif terdiri atas 5 level yaitu:
1.      Receiving merupakan keinginan siswa untuk memperhatikan suatu gejala atau stimulus misalnya aktifvitas dalam kelas, buku atau musik.
2.      Responding merupakan partisipasi aktif siswa untuk merespon gejala yang dipelajari. Hasil pembelajaran pada level ini menekankan pada perolahan respon, leinginan memberi respon, atau kepuasan dalam memberi respon.
3.      Valuing merupakan kemampuan siswauntuk memberikan nilai, keyakinan atau sikap dan menunjukkan suatu derajat internalisasi dan komitmen.
4.      Organization merupakankemampuan anaka untuk mengorganisasi nilai yang satu dengan yang lain dan konflik antar nilai internal dan konsisten.
5.      Characterization merupakan level tertinggi dalam ranah afektif. Pada level ini siswa sudah memiliki sistem sudah memiliki sistem nilai yang mampu mengendalikan perilaku sampai pada waktu tertentu hingga menjadi pola hidupnya.

Karakteristik yang penting dalam ranah afektif adalah sikap, minat, konsep diri, dan nilai.
1)      Sikap
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila pihak sekolah mampu mengubah sikap siswa dari sikap negatif menjadi sikap positif.
2)      Minat
Menurut Getzel, minat adalahsuatu disposisi yang terorganisir melaluipegalaman yang mendorong sesorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan memperoleh sesuatu.
3)      Konsep diri
Dengan mengetahui informasi konsep diri setiap siswa, sekolah diharapkan mampu menyediakan lingkungan belajar yang kondusif serta memotivasi siswa dengan tepat.


4)      Nilai
Sekolah perlu membantu siswa untuk menentukan dan menguatkan nilai yang bermakna bagi siswa agar siswa mampu mencapai kebahagiaan diri dan mampu memberikan hal yang positif bagi masyarakat.

B.     Beberapa Cara Penilaian Ranah Afektif
Menurut Ericson, penilaian afektif dapat dilakukan dengan cara:
1.      Pengamatan langasung
Yaitu dengan memperhatikan dan mencatat sikap dan tingkah laku siswa terhadap sesuatu, benda, orang, gambar atau kejadian.
2.      Wawancara
Dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka atau tertutup.
3.      Angket atau kuisioner
Merupakan suatu perangkat pertanyaan atau isian yang sudah disediakan pilihan jawaban baik berupa pilihan petanyaan atau pilihan bentuk angka
4.      Teknik proyektil
Merupakan tugas atau pekerjaan yang belum pernah dikenal siswa. Para siswa diminta untuk mendiskusikan hal tersebut menurut penafsirannnya.
5.      Pengukuran terselubung.
Merupakan pengamatan tentag sikap dan tingkah laku sesorang dimana yang diamati tidak tahu bahwa ia sedang diamati.

C.    Langkah – Langkah Pengembangan Instrumen Afektif
Sama seperti dengan cara pengembangan alat ukur pada umumnya, pengembangan alat ukur afektif dimulai dengan:
1.         Merumuskan tujuan pengukuran afektif
Pengembangan alat ukur afektif bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan siswa. Hasil pengukuran nilai berupa nilai dan keyakinan siswa yang positif dan negatif. Sekolah berkewajiban mengembangkan nilai dan keyakinan siswa yang positif dan menghilangkan nilai dan keyakinan yang negatif.
2.         Mencari definisi konseptual dari afektif yang akan diukur
Pencarian definisi konseptual dapat anda lakukan dengan mencari buku teks yang relevan.
3.         Menentukan definisi operasioan dari setiap afektif yang akan diukur
Penentuan definisi oprasional dimaksudkan untukl menentukan cara pengukuran definisi konseptual
4.         Menjabarkan definisi operasioan variabel sesuai dengan jumlah indikator
Ketepatan pengukuran ranah afektif sangat ditentukan oleh kemamouan penyusun instrumen (guru atau peneliti) dalam membuat atau merumuskan indikator

5.         Menggunakan indikator sebagai acuan menulis pertanyaan dalam instrumen
Penulisan instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan skla pengukuran. Skala pengukuran yang paling banyak digunakan adalah skala pengukuran Liekert. Skala liekert merupakan salah satu jenis skala pengukuran rafnah afektif yang terdiri dari sejimlah pertanyaan yang diikutu dengan penilaian responden terhadap setiap pertanyaan dengan menggnakan lima skala mulai dari yang paling sesuai sampai dengan yang paling tidak sesuai.
6.         Mengukir kembali setiap butir pertanyaan
Penelitian kembali instrumen yang selesai ditulis sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan alat ukur afektif minimal 2 orang.  Berdassarkan masukan dari kedua ahli tersebut kita sempurnakan instrumen tersebut. Jika langkah ini selesai dilakukan maka kita siap untk melakukan uji coba lapangan
7.         Melakukan uji coba
Tujuan uji coba adalah untuk mengetahui apakah perangkat alat ukur tersebut sudah dapat memberikan hasil pengukuran seperti yang kita inginkan.
8.         Menyempurnakan Instrumen
Pada saat ini sudah banyak program analisis data yang beredar di pasaran yang dapat kita manfaatkan untuk mengolah data. Berdasarkan data hasil uji coba kita akan dapat memperbaiki butir 0 butur pertanyaan yang dianggap lemah.
9.         Mengadministrasikan Instrumen
Artinya adalah pengambilan data di lapangan. Untuk mengambil data di lapangan perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a.       Kesiapan perangkat instrumen
b.      Tenaga lapangan
c.       Kesiapan responden