Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Karakteristik Statis Alat Ukur

Karakteristik Statis Alat Ukur


Karakteristik Statis

Karakteristik statis suatu alat ukur adalah karakteristik yang harus diperhatikan apabila alat tersebut akan digunakan untuk mengukur suatu kondisi yang tidak berubah karena waktu atau hanya berubah secara lambat laun. Karakteristik statis adalah hal-hal yang harus diperhitungkan dan diperhatikan bila alat ukur dipergunakan untuk mengukur suatu keadaan yang tidak bergantung pada waktu, antara lain :


2.1 Ketelitian (Accuracy)

Ketelitian atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil pengukuran mendekati harga sebenarnya dari pada besaran yang diukur. Ukuran ketelitian biasanya dinyatakan dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan (error) terhadap harga yang sebenarnya, yaitu


Ketelitian (Accuracy)


2.2 Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility)

Kecermatan atau keterulangan adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya untuk harga yang sama. Atau derajat dekat tidaknya hasil pengukuran satu terhadap yang lain. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu dapat memberikan hasil yang sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur tidak berubah. Hal ini berarti bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil yang hampir sama akan diperoleh kembali meskipun pengukuran diulang-ulang, dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat cermat dan ketepatannya (presisi) tinggi

2.3 Resolusi

Resolusi adalah kemampuan alat atau sistem pengukur termasuk pengamatnya, untuk membedakan harga-harga yang hampir sama. Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat dirasakan oleh alat ukur. Contoh : suatu timbangan pada jarum penunjuk yang menunjukkan perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi dari timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan dalam persen skala penuh.

Kemudahan pembacaan skala adalah sifat yang tergantung pada sistem dan pengamatnya. Ini menyatakan angka yang signifikan (mudah diamati) dan dapat dicatat sebagai data. Pada meteran analog, ini tergantung pada ketebalan tanda skala dan jarum penunjuknya. Pada meteran digital, digit terakhir (least significant) dapat dipakai sebagai ukuran kemudahan pembacaan skala

2.4 Sensitivitas

Sensitivitas adalah rasio antara perubahan pada output atau keluaran terhadap perubahan pada input atau masukan. Pada alat ukur yang linier, nilai sensitivitas adalah konstan. Dalam beberapa hal, harga sensitivitas yang besar menyatakan keunggulan dari alat ukur yang bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara belum tentu bermanfaat untuk maksud yang kita inginkan.

Kepekaan (sensitivitas) menyatakan berapa besarnya harga pengukuran untuk setiap satuan harga sinyal input atau masukan. Sinyal input yang paling kecil yang memberikan sinyal output dan dapat diukur dinamakan sensitivitas alat ukur.

2.5 Error atau Kesalahan

Error dalam pengukuran diartikan sebagai beda aljabar antara nilai ukuran yang terbaca dengan nilai “sebenarnya “ dari obyek yang diukur. Tidak ada komponen atau alat ukur yang sempurna, semuanya mempunyai kesalahan atau ketidakpastian. Setiap hasil pengukuran selalu mengandung error. Tidak ada pengukuran yang bebas error--merupakan sifat alamiah--, kecuali jika yang diukur/dihitung adalah jumlah kejadian atau jumlah barang. Error dalam pengukuran dikelompokan menjadi 3 jenis, yaitu systematic error, spurious error, dan random error.

2.6 Validitas

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya serta memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dan dianggap tidak valid.

Dapat diambil kesimpulan bahwa ketepatan validitas pada suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut untuk mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki secara tepat. Pengertian validitas sendiri adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat, tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data yang telah didapatkan.

2.7 Realibilitas

Realibilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur dipakai dua kali – untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relative konsisten, maka alat pengukur tersebut reliable. Dengan kata lain, realibitas menunjukkan konsistensi suatu alat pengukur di dalam pengukur gejala yang sama.

Reliabilitas, atau keandalan, adalah konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Hal tersebut bisa berupa pengukuran dari alat ukur yang sama (tes dengan tes ulang) akan memberikan hasil yang sama, atau untuk pengukuran yang lebih subjektif, apakah dua orang penilai memberikan skor yang mirip (reliabilitas antar penilai). Reliabilitas berbeda dengan validitas, artinya pengukuran yang dapat diandalkan akan mengukur secara konsisten, tapi belum tentu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Dalam penelitian, reliabilitas adalah sejauh mana pengukuran dari suatu percobaan tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Penelitian dianggap dapat diandalkan jika memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan jika pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda.


Oleh:
Iqbal Ainur Rizki  (19030184004)
Tia Rahmi Cahyani  (19030184030)
Handoko Bintoro  (19030184031)
Diyah Prasasti Listiantomo  (19030184047)
Sefia Anggi Lestari  (19030184068)
Dhela Rochmatul Maghfiroh  (19030184069)