Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian dan Tingkatan Apresiasi Puisi

Apresiasi berasal dari kata appreciate (bahasa Belanda), appreciation (bahasa Inggris), yang berarti penghargaan, to appreciate berarti menghargai, apprehension (bahasa Inggris), berarti pengertian, penghayatan, dan penghargaan. 
Dalam konteks yang lebih luas istilah apresiasi menurut Gove (via Aminuddin, 1997: 34) mengandung makna yaitu, (1) pengenalan melalui perasaan dan kepekaan batin, dan (2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan pengarang. Effendi (1973: 18) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menggauli cipta sastra secara sungguh- sungguh, sehingga tumbuh pengertian, penghayatan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap sastra.

Apresiasi menurut kamus istilah sastra adalah penghargaan (terhadap karya sastra) yang didasarkan pada pemahaman (Sudsjiman, 1990: 9). Lebih lanjut diterangkan bahwa apresiasi merupakan jawaban seseorang yang sudah matang dan sudah berkembang ke arah nilai dengan tepat, dan menjawabnya dengan hangat dan simpatik. Seseorang yang telah memiliki apresiasi bukan sekedar yakin bahwa sesuatu dikehendaki, tetapi benar-benar mengisyaratkan sesuatu dan menyam butnya dengan sikap yang penuh kegairahan.

Pengertian apresiasi yang lain disampaikan oleh Squire dan Taba (Via Aminuddin 1987: 34-37) bahwa sebagai suatu proses apresiasi melibatkan tiga unsur inti, yaitu (1) aspek kognitif, (2) aspek emotif, (3) aspek evaluatif. Aspek kognitif  berkaitan  dengan unsur intrinsik dan ekstrinsik. Aspek emotif berkaitan dengan unsur-unsur emosi dalam upaya menghayati unsur keindahan sastra yang dihadapi. Aspek evaluatif berkaitan dengan penilaian baik buruk, indah tak indah, sesuai tidak sesuai, dan sebagainya.

Kegiatan apresiasi sastra merupakan suatu proses. Pembinaan sastra di sekolah merupakan proses menuju apresiasi yang sebenarnya. Proses apresiasi oleh Wardani (via Sayuti 1994: 15-18) dibagi dalam empat tingkatan, yaitu tingkat menggemari, menikmati, mereaksi, dan memproduksi.

Tingkat menggemari ditandai dengan adanya rasa tertarik pada buku-buku sastra serta adanya keinginan untuk membacanya.Tingkat menikmati ditandai dengan adanya kemampuan menikmati
cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian tentang sastra. Tingkat mereaksi dimulai dengan  adanya keinginan untuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati, sedangkan tingkat produksi ditandai dengan  keikutsertaan pembaca untuk menghasilkan karya sastra.

Apresiasi seseorang dapat dikembangkan ke arah tingkatan yang lebih tinggi. Pada tingkatan apresiasi awal keterlibatan emosi dan imajinasi pada karya sastra masih sangat kuat, sedangkan pada perkembangan yang lebih tinggi kemampuan intelektual dan penguasaan pengertian teknis lebih dominan.

Apresiasi puisi berkaitan dengan kegiatan yang ada sangkut pautnya dengan puisi, yaitu mendengar atau membaca puisi dengan penghayatan yang sungguh-sungguh, menulis puisi, mendeklamasikan puisi, dan menulis resensi puisi.

Kegiatan ini menyebabkan  sesorang memahami puisi secara mendalam (dengan penuh penghayatan) merasakan apa yang ditulis penyair, mampu menyerap nilai-nilai  yang terkandung di dalam puisi, dan menghargai puisi sebagai karya seni dengan keindahan atau kelemahannya (Waluyo, 2005: 44).

Menurut Abdul Rozak Zaidan, apresiasi puisi dibatasi sebagi penghargaan atas puisi sebagi hasil pengenalan, pemahaman, penafsiran, penghayatan, dan penikmatan atas karya tersebut.yang  didukung oleh kepekaan batin terhadap nilai-nlai yang terkandung dalam puisi itu. Dalam batasan ini syarat untuk dapat mengapresiasi adalah kepekaan batin terhadap nilai-nilai karya sastra  sehingga seseorang  (1) mengenal,(2) memahami, (3) mampu menafsirkan, (4) menghayati, (5) dapat menikmati.

Disick menyebutkan empat tingkatan apresiasi puisi, yaitu:

  1. Tingkatan menggemari : keterlibatan batin belum kuat baru sering terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan puisi. Jika ada puisi ia akan senang membaca, jika ada acara pembacaan puisi secara lansung atau berupa siaran tunda, ia akan menyediakan waktu untuk menontonnya. Jika ada lomba deklamai ia akan melihatnya
  2. Tingkatan menikmati :  keterlibatan batin pembaca terhadap puisi sudah semakin mendalam. Pembaca akan ikut sedih terharu, dan bahagia, dsb. Ketika membaca puisi. Pembaca atau pendengar pembacaan puisi mampu menikmati keindahan yang ada dalam puisi itu secara kritis.
  3. Tingkatan mereaksi: sikap kritis terhadap puisi lebih menonjol karena ia telah mampu menafsirkan dengan saksama dan mampu menilai baik buruknya sebuah puisi. Penafsir puisi mampu menyatakan keindahan puisi dan menunjukkan di mana letak keindahan itu. Demikian juga jika ia  menyatakan kekurangan suatu puisi, ia akan mampu menunjukkan di mana letak kekurangannya.
  4. Tingkatan memproduksi : apresiator puisi mampu menghasilkan (menulis), mengkritik, mendeklamasikan atau membuat resensi terhadap sebuah puisi secara tertulis. Dengan kata lain, ada produk yang dihasilkan oleh seseorang yang berkaitan dengan puisi.