Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Navigasi Pada Kapal Laut

Kapal Laut

Navigasi Kapal Laut

Selamat pagi, siang, sore, maupun malam bagi para pembaca artikel saya kali ini. Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk singgah di artikel saya. Kesempatan ini saya akan mengulas sedikit informasi tentang kapal laut.

Sebagai warga negara Indonesia, tentunya saya penasaran tentang kehidupan di atas laut. Berikut ini ulasan tentang rasa penasaran saya terhadap kehidupan di atas perairan laut Indonesia.

Perairan Laut Indonesia

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari belasan ribu kepulauan. Wilayah kedaulatan Indonesia sebagian besar berupa perairan, maka tidak heran masyarakat Indonesia menggunakan sarana transportasi laut.

Luasnya wilayah perairan Indonesia sebagai pemisah antar pulau membutuhkan sarana transportasi laut sebagai penunjang. Kedaulatan Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke, hal ini Indonesia dikenal dengan Nusantara.

Samudera Pasifik dan Samudera Hindia itulah kedua samudera yang mengapit Kepulauan Indonesia. Selain itu, wilayah Nusantara memiliki Selat Malaka yang dilalui oleh jalur perdagangan dunia, sehingga dapat meningkatkan devisa negara.

Nautika Kapal Laut

Kapal merupakan sarana transportasi laut yang dikemudikan oleh seorang nakhoda. Berbicara tentang kapal tidak terlepas dengan istilah nautica. Seorang nautika merupakan cikal bakal sebagai calon nakhoda kapal.

Meskipun tidak ada polisi yang mengawasi jalannya lalu lintas di laut, tetapi menjadi seorang nakhoda kapal membutuhkan beberapa persyaratan. Adapun persyaratan tersebut digunakan untuk menjadi seorang nakhoda yang layak dan professional. Ijazah laut merupakan tolak ukur yang digunakan seorang pelaut untuk mendapatkan izin berlayar di laut.

Perlu kalian ketahui bahwa menjadi seorang nakhoda tidak sekedar abal-abal belaka. Sebelum menjadi seorang nakhoda, mereka menempuh pendidikan jurusan nautika selama dua tahun dan melakukan praktek layar selama setahun.

Seiring kemajuan zaman, kini pemerintah telah menyediakan berbagai instansi negeri maupun swasta yang fokus terhadap bidang perkapalan maupun pelayaran. Instansi tersebut disediakan untuk mencetak generasi bangsa yang bercita-cita menjadi seorang pelaut.

Operator Kapal Laut 

Menyinggung tentang posisi kapal berada, tentu tidak lupa dengan seorang nakhoda sebagai peran utama pengemudi kapal. Sebuah kapal laut terdapat seorang kapten yang bertugas sebagai tanggung jawab jalannya kapal ketika berlayar.

Seorang kapten kapal menjalankan tugasnya dibantu dengan first capten, second capten, maupun third capten. Ketiga wakil kapten tersebut bertugas mengoperasikan kapal ketika berlayar.

Pemahaman Perwira Laut Terhadap Keamanan Navigasi Kapal

Sebuah kapal ketika berlayar tentu sama halnya dengan sebuah pesawat terbang. Meskipun kapal berlayar di tengah samudera yang tampak biru, namun kapal tetap berada dalam jalur yang sesuai dengan pantauan navigasi yang ada. Sebelum menjadi pelaut sejati, tentu calon taruna pelaut sudah dibekali dalam berbagai hal. Terutama cara safety dalam berada di kapal.

Hal ini dikarenakan seorang pelaut sejati menjalankan kehidupan di kapal dalam kurun waktu yang tidak singkat. Awak kabin kapal tentu sudah memahami cara bekerja di kapal sesuai dengan bidangnya.

Kehidupan di kapal tidak mengenal adanya waktu siang dan malam. Meskipun malam hari telah tiba ketika kapal belum sampai ke tempat tujuan, maka kapal tetap beroperasi hingga bersandar di tempat berlabuh.

Alat navigasi seperti kompas sangat diperlukan pada sebuah kapal. Kompas sangat bermanfaat sebagai alat petunjuk arah jalannya kapal. Kompas pada kapal terletak di anjungan kapal, hal ini disetting agar kompas dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.

Selain kompas, peran nakhoda juga dibutuhkan kemampuan dalam membaca peta. Tidak sekedar membaca peta, kemampuan menghitung jarak pada peta juga diperlukan bagi seorang nakhoda.

Tidak kalah penting, radar kapal berperan sebagai alat navigasi pada kapal. Radar kapal dapat memantau kondisi objek yang terjadi di sekitar posisi kapal berada. Pada sebuah kapal biasanya terdapat dua radar yang terpasang pada kapal. Radar pertama terletak di anjungan yang berfungsi memantau kondisi objek sekitar kapal dengan jarak lima sampai sepuluh mil.

Sedangkan radar kedua terletak di bagian tiang kapal yang dapat berputar untuk mengawasi objek di sekitar kapal. Rekaman yang diperoleh radar akan diinformasikan melalui monitor yang berada di ruang anjungan.

Global Positioning System atau lebih familiar dikenal dengan GPS ternyata tidak hanya digunakan pada transportasi darat. GPS juga diperlukan pada transportasi laut seperti kapal. GPS pada kapal berfungsi sebagai alat mendeteksi posisi kapal berada sesuai dengan derajat bujur dan derajat lintang.

Cara kerja pada GPS memanfaatkan satelit yang berada di kapal. GPS dapat menginformasikan jejak pelayaran secara akurat.

Selain yang telah disebutkan, di kapal dilengkapi dengan telepon internal, echo sounder, lampu navigasi, serta radio. Telepon internal digunakan oleh awak kabin kapal dalam menerima informasi perintah dari kapten maupun sesama kru.

Echo sounder berfungsi sebagai alat mendeteksi kedalaman laut, serta dipasang pada anjungan kapal. Kode yang disampaikan echo sounder berupa angka digital maupun grafik.

Pada kapal laut telah dilengkapi lampu navigasi yang berfungsi sebagai kode isyarat hal yang dilakukan oleh kapal. Ketika kapal sedang menurunkan jangkar di tengah laut, tentu bukan lampu buritan yang akan dinyalakan. Selain itu, radio di kapal laut juga diperlukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam navigasi pada kapal.

Pelayaran Sejak Zaman Nenek Moyang

Nenek moyangku seorang pelaut, itulah lagu anak-anak yang telah familiar di kalangan pelaut. Memang benar nenek moyang bangsa Indonesia merupakan seorang pelaut. Mengarungi samudera yang luas serta menerjang ombak dapat ditaklukkan oleh seorang pelaut.

Awal mula Islam masuk ke Nusantara melalui jalur pelayaran di Selat Malaka. Terdapat tiga teori yang mempengaruhi persebaran Islam di Nusantara. Teori Gujarat, teori Persia, maupun teori Makkah merupakan teori yang menjadi sejarah masuknya Islam di wilayah Nusantara.

Berbicara persebaran Islam di Pulau Jawa, tentu tidak asing dengan tokoh Islam Wali Songo. Penyebarannya yang merata di Pulau Jawa serta dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya. Adapun jalur penyebaran Islam di wilayah Nusantara antara lain jalur perdagangan, jalur pernikahan, jalur pendidikan, maupun jalur akulturasi budaya.

Semua jalur yang telah mengalami penyebaran tersebut dibawa oleh tokoh Islam Wali Songo. Dalam jalur perdagangan seorang pedagang Islam singgah di daerah pesisir pantai serta kapalnya bersandar di pelabuhan pantai.

Sehingga pada masa lampau ketika persebaran Islam berlangsung tidak terlepas dengan kegiatan pelayaran. Pelayaran pada zaman persebaran Islam, pedagang muslim berlayar menggunakan rasi bintang sebagai penentu petunjuk arah.

Teori Gujarat dibawa oleh seorang pedagang muslim yang berasal dari India, teori Persia dibawa oleh seorang pedagang muslim yang berasal dari Persia, sedangkan teori Makkah dibawa oleh seorang pedagang muslim yang berasal dari Makkah.

Ketiga teori penyebaran Islam di Nusantara masing-masing dibawa oleh pedagang muslim yang berasal dari Timur Tengah. Hal ini yang menyebabkan mayoritas penduduk Indonesia memeluk ajaran agama Islam. Oleh karena itu, proses penyebaran Islam di Nusantara berkembang sangat pesat.

Sekian ulasan artikel navigasi pada kapal. Semoga bermanfaat!

Penulis: Fira Zahrotul Ilma
Editor: Admin