Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perilaku Sopan Santun: Pengertian, Implementasi, dan Faktor yang Mempengaruhinya

Pengertian Perilaku Sopan Santun

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku mempunyai arti yang konkrit dari pada jiwa, karena lebih konkrit, perilaku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui perilaku dapat kenal jiwa orang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perilaku dapat diartkan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan.  Menurut Sudijono, perilaku merupakan bagian dari budi pekerti yang dapat membentuk sikap terhadap manusia, Tuhan, diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan alam sekitar.

Sedangkan Sunardi berpendapat bahwa perilaku merupakan sinonim dari aktivitas, reaksi, aksi, kinerja. Secara umum perilaku adalah apa yang dilakukan dan dikatakan seseorang.

Berdasarkan beberapa definisi dari beberapa tokoh, perilaku merupakan bagian dari budi pekerti yaitu cerminan kepribadian seseorang yang membentuk sikap yang tampak dalam perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopan santun dapat diartikan sebagai berikut: sopan berati hormat dengan tak lazim (akan, kepada) tertib menurut adab yang baik. Atau dapat dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Sedangkan santun artinya halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya), sopan, sabar, tenang. Atau dapat dikatakan cerminan psikomotorik (penerapan pengetahuan sopan kedalam tindakan).

Sedangkan sopan santun, terdiri dari dua kata, yaitu sopan dan santun. Sopan santun merupakan istilah bahasa Jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai menghormati, menghargai, tidak sombong dan berakhlak mulia. Perwujudan dari sikap sopan santun adalah perilaku yang menghormati orang lain melalui komunikasi menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain.

Zuriah mengatakan bahwa sopan santun yaitu norma yang tidak tertulis yang mengatur bagaimana seharusnya bersikap dan berperilaku. Sopan santun merupakan istilah bahasa jawa yang dapat diartikan sebagai perilaku seseorang yang menjunjung tinggi nilai-nilai unggah-ungguh. Dalam budaya jawa sikap sopan salah satunya ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong.

Pengertian sopan santun dalam wikipedia dijelaskan bahwa sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok itu. Norma kesopanan bersifat relatif, artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan atau waktu.

Dari beberapa pengertian diatas, bahwasanya sopan santun merupakan cerminan kepribadian seseorang yang mencerminkan sikap diri terhadap orang lain dengan menghormati orang lain dalam bersikap. Seseorang yang dapat berperilaku sopan santun dapat diartikan seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan norma-noma yang berlaku dalam sebuah masyarakat. Sopan santun sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini dikarenakan manusia hidup di lingkungan masyarakat.

Perilaku sopan santun sangat diperlukan di kehidupan msayarakat. Bersopan santun merupakan melakukan budi pekerti yang baik atau sesuai dengan tata krama yang dianut dan berlaku di masyarakat. Orang yang dapat menunjukkan perilaku sopan santun akan mendapatlan nilai dan tempat yang baik dalam masyarakat. Sebaliknya, orang yang mengabaikan perilaku sopan santun akan mendapatkan penilaian yang tidak baik dan kurang mendapatkan tempat dalam pergaulan. Bahkan bila sudah pada tingkat pengabaian yang parah, maka akan dijauhi oleh masyarakat.

Implementasi Perilaku Sopan Santun

Upaya pembiasaan perilaku sopan santun agar menjadi bagian dari pola hidup yang dicerminkan dalam kehidupan sehari-hari. Sopan santun dapat dicapai oleh anak melalui berbagai cara.
Keberhasilan perilaku sopan santun dapat ditentukan oleh berbagai faktor lingkungan yang mengelilinginya, baik faktor intern maaupun ekstern. Dengan demikian perilaku sopan santun tidak dapat berdiri sendiri dan selalu berkaitan dengan hal-hal yang mengelilinginya.

Implementasi perilaku sopan santun menurut Yus meliputi:

a) Kebiasaan anak mengucapkan salam

Ketika seorang muslim berjumpa dengan muslim lainnya, maka mulailah dengan salam. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw:

“hak seorang muslim atas muslim (yang lainnya) ada enam...: 1) jika engkau berjumpa dengan seorang muslim, maka ucapkanlah salam atasnya”.

Cara mengajarkan kebiasaan mengucapkan salam yaitu dengan menyambut kedatangan anak di gerbang sekolah sambil mengucapkan salam dan ketika masuk kelas guru membiasakan untuk memberi salam.

b) Kebiasaan anak berdoa dengan tertib

Untuk mengajarkan kebiasaan berdoa dengan tertib, guru dapat mengajak anak untuk berdoa sebelum memulai pelaran dan setelah selesai pelajaran.

Sedangkan untuk mengajarkannya dirumah bisa dengan mengingatkan anak untuk berdoa saat melakukan kegiatan, misalnya : makan, masuk kamar mandi, masuk rumah, berkendara, dll.

c) Kebiasaan anak bertutur kata dengan baik

Agar anak memiliki tutur kata yang baik guru dapat mengajarkan anak untuk mengucapkan terimakasih setelah meminjam barang milik orang lain, memberikan bimbingan saat anak berkata kasar.

Sedangkan untuk mengajarkan dirumah bisa dimulai dnegan orang tua yang selalu berbicara halus dan sopan di depan anak.

d) Kebiasaan anak bertingkah laku yang baik

Menanamkan sikap dan perilaku yang baik kepada anak, guru dapat melakukan dengan membiasakan anak mencium tangan orang yang lebih tua ketika berjabat tangan, menerima sesuatu dengan tangan kanan, mengucapkan terima kasih dan mengucapkan permisi saat lewat didepan orang.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk menanamkan perilaku sopan santun perlu adanya pemberian contoh sehingga anak akan terbiasa untuk melakukan perilaku sopan santun yang telah di contohkan.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sopan Santun

Perilaku sopan santun dalam pergaulan sehari-hari dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, berikut merupakan faktor yang mempengaruhi:

Keturunan

Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Keturunan sering disebut pula dengan pembawaan, heredity. Teori tentang keturunan disampaikan oleh Gregor Mendel yang dikenal dengan hipotesa genetika. Teori Mandel menyatakan bahwa:
  1. Tiap sifat makhluk hidup dikendalikan oleh faktor keturunan.
  2. Tiap pasangan merupakan penentu alternatif bagi keturunannya.
  3. Pada waktu pembentukan sel kelamin, pasangan keturunan memisah dan menerima pasangan faktor keturunan.


b. Lingkungan

Lingkungan sering disebut miliu, environment atau juga disebut dengan nature. Lingkungan dalam pengertian psikologi adalah segala apa yang berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku. Lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia. Lingkungan dapat digolongkan:

a) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan unsur masyarakat terkecil ini telah diakui oleh semua pakar keilmuan pendidikan, bahwa keluarga merupakan unsur utama masyarakat atau negara.

Oleh sebab itu, para pakar keilmuan pendidikan memberikan istilah bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama.

Sebagai lembaga pendidikan yang pertama, lingkungan keluarga adalah pusat dimana diletakkan dasar-dasar pandangan hidup dan pembentukan pribadi peserta didik. Di dalam keluarga peserta didik menerima pengalaman pertama dalam menghadapi sesamanya atau bergaul dengan sesama manusia.

Karena keluarga merupakan pendidikan pertama, jadi apa yang sering diucapkan, di lakukan, kebiasaan orang tua akan menjadi panutan atau dapat mempengaruhi pola pikir anak dalam berperilaku.

b) Lingkungan sekolah

Sekolah sebagai bagian dari pendidikan keluarga sekaligus sebagai kelanjutan di dalam pendidikan formal juga berfungsi untuk menanamkan dasar-dasar yang penting tentang penguasaan pengetahuan dan sikap yang telah dibina didalam keluarga.

Sekolah merupakan faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku peserta didik. Di sekolah seorang peserta didik berinteraksi dengan para pendidik yang mendidik dan mengajarnya.

Sikap teladan, perbuatan dan perkataan pendidik yang dilihat dan didengar akan dianggap baik oleh peserta didik dan dapat meresap masuk kedalam hati sanubari dan terkadang pengaruhnya dapat melebihi pengaruh dari orang tua.

Sikap dan perilaku yang ditampilkan pendidik pada dasarnya merupakan bagian dari upaya sopan santun peserta didik di sekolah. Akan tetapi jika lingkungan sekolah tidak memberikan contoh yang baik, tentu peserta didik akan terpengaruh dan meniru, begitupun sebaliknya.

c) Lingkungan masyarakat

Lingkungan masyarakat dimana peserta didik bertempat tinggal turut pula mempengaruhi peserta didik dalam berperilaku sopan santun, hal ini dikarenakan jiwa peserta didik sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungannya, pengaruh tersebut datang dari teman-temannya dalam masyarakat sekitarnya.

d) Social media

Terdapat beberapa media yang turut mempengaruhi perkembangan perilaku seseorang. Pertama media social seperti facebook, twitter, you tube, instagram, path, dll. Kedua, acara pertelivisian untuk remaja seperti, opera van java, pesbukers, dahsyat, sinetron, dll. Ketiga, media cetak seperti majalah gadis, majalah teens, dll. Media-media tersebut sangat mudah didapatkan, baik hard copy maupun online.

Mudahnya mengakses segala sesuatu secara online membuat remaja gemar menggunakan sosial media. Selain itu, dengan kemudahan berselancar di internet tanpa batas dengan kecenderungan suka meniru dan tanpa menyaring segala informasi menjadikan salah satu faktor yang turut berpengaruh terhadap perilaku sopan santun.

Dari pemaparan faktor-faktor tersebut, kesemua hal turut berpengaruh dalam faktor yang mempengaruhi perilaku sopan santun para remaja saat ini.

Dengan segala kemudahan yang didapatkan pada masa ini, membuat mereka bermetamorfosa mengikuti perkembangan zaman tanpa melakukan penyaringan terkait informasi, hal ini dapat mejadi dampak yang buruk bagi perilaku remaja.

Dengan begitu, lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah penting untuk bekerja sama dalam hal pembiasaan perilaku sopan santun.

Dalam lingkungan keluarga peran orang tua sangat penting, hal ini dikarenakan remaja lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Sedangkan untuk lingkungan sekolah lebih kepada menguatkan makna berperilaku sopan santun.

Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Spiritual Pada Materi Aqidah Akhlak Terhadap Perilaku Sopan Santun Peserta Didik (Teoritis)

Dalam berperilaku sopan santun dibutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual, dengan kemampuan untuk  mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri  sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Sehingga seseorang cenderung dapat menempatkan diri sebelum ia berperilaku. Hal tersebut dapat dilakukan apabila seseorang dapat mengelola emosinya dengan kecerdasan emosional.

Peserta didik dengan pengenalan terhadap dirinya dengan baik akan lebih mengetahui kelebihan dan kekurangannya setelah pemberian mata pelajaran aqidah akhlak sehingga ia tau bagaimana berperilaku sopan santun dalam kehidupan.

Begitupun dengan peserta didik yang memilki kemampuan pengendalian diri sehingga ia mampu mengendalikan emosinya setelah mendapatkan mata pelajaranaqidah akhlak, peserta didik dapat membentengi diri dari perilaku tercela.

Sehingga dengan pengendalian diri peserta didik akan lebih tau bagaimana berperilaku sopan santun.

Pada dasarnya manusia merupakan makhluk spiritual. Seseorang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi cenderung dapat membedakan baik dan buruk suatu perbuatan.

Sehingga seorang peserta didik setelah mengikuti pelajaran aqidah akhlak, ia dapat  menerapkan materi yang ada pada mata pelajaran aqidah akhlak yang telah ia dapatkan dan mengaplikasinnya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kecerdasan spiritual yang ia miliki setelah diberikannya mata pelajaran aqidah akhlak, peserta didik akan mampu menyesuaikan aturan yang berlaku dalam masyarakat dan cenderung mengikuti nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungan tersebut.

Peserta didik yang mampu membingkai ulang mata pelajaran aqidah akhlak yang telah ia dapatkan, sehingga ia mempunyai pandangan yang luas dan kreatif dalam menghadapi suatu permasalahan.

Sehingga saat ia memiliki suatu permasalahan tidak mempengaruhi peserta didik tersebut dalam bersikap sopan santun terhadap orang lain. Dengan kerendahan hati ia dapat menerima permasalahannya tersebut.

Kecerdasan spiritual akan membimbing peserta didik  lebih memaknai apa yang telah ia dapatkan dalam materi aqidah akhlak.