Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masyarakat Arab Pra Islam: Adat Kebiasaan, Pemerintahan, dan Keagamaan

1. Masyarakat Arab Pra Islam

Setelah wafatnya Nabi Isa AS, kepemimpinan Dunia mengalami kekosongan. Manusia makin banyak yang menyimpang dari ajaran yang telah dianut. Mereka memasukkan ajaran-ajaran yang ada serta mengubah isi kitab sucinya. Dalam kegelapan dan kegersangan ini, Allah SWT mengutus Muhammad sebagai utusan (Rasul) dengan membawa ajaran Islam.
KeNabian merupakan desain Tuhan yang tidak bisa diberikan karena usaha manusia. Allah SWT lebih tahu dimana dan kepada siapa keNabian diberikan. Muhammad adalah pilihan Allah SWT yang disiapkan untuk membawa risalah keNabian ke seluruh Dunia untuk seluruh umat manusia melintas batas etnis, bangsa bahkan Dunia.

Muhammad mendapat perintah Allah SWT untuk menyampaikan amanat tersebut menurut kemampuan akal, pengetahuan dan kecerdasannya. Karena kebijaksanaan dan kegigihannya dalam memperjuangkan Agama Islam akhirnya beliau berhasil merombak adat jahiliah yang rusak dalam waktu yang relatif singkat yaitu selama 23 tahun.

Nabi Muhammad lahir dari kalangan kaum Quraisy terkemuka. Beliau menyiarkan Agama Islam pertama kalinya di Makkah selama kurun waktu sebelas tahun. Kemudian beliau hijrah bersama kaum Muslim ke Madinah. Di Madinah beliau mendapat sambutan baik sehingga disamping menjadi agamawan (rasul) beliau juga menjadi tokoh masyarakat yang dapat meletakkan dasar-dasar kemasyarakatan dalam mecapai terbentuknya masyarakat tamaddun.

Jazirah Arab dalam bahasa Indonesia diartikan Semenanjung Arabia, sebuah kawasan dimana Islam dilahirkan. Jazirah ini berbentuk empat persegi panjang yang sisinya tidak sejajar, terletak di sebelah Barat Daya Asia. Disebelah Barat berbatasan dengan laut Merah, di sebelah Selatan dengan lautan Hindia, disebelah Timur dengan teluk Arab dan di sebelah Utara dengan Irak dan Syria.

Secara Geografis, menurut sejarahwan Syalabi membagi jazirah Arab ke dalam dua Wilayah, yaitu bagian tengah dan bagian pinggiran. Bagian tengah terdiri dari gurun dan bukit pasir serta beberapa pegunungan yang tidak begitu tinggi hingga hujan tidak banyak turun. Akibatnya penduduk hidup berpindah–pindah dari satu tempat ke tempat yang lain mengikuti turunnya hujan dan mencari tanah yang subur guna menghidupi unta dan ternaknya. Karena itu mereka disebut masyarakat nomaden. Dengan tipologi seperti ini orang Arab merupakan suatu kelompok yang susah untuk mengembangkan kebudayaannya.

Bagian pinggiran merupakan bagian maritim, karena itu penduduknya tidak nomaden, sehingga mereka bisa mengembangkan kebudayaannya jauh lebih memungkinkan dibandingkan dengan masyarakat Badui yang nomaden, misalnya mereka dapat mendirikan kota dan kerajaan. Kerajaannya yang besar diantaranya adalah Yaman dan Hejaz. Di wilayah Hejaz inilah Islam dilahirkan.

Hejaz sebagai tempat kelahiran Islam berbeda dengan negara lainnya di Semenanjung Arabia, ia dapat mempertahankan kemerdekaannya, tidak pernah dijajah dan diduduki atau dipengaruhi oleh negara lainnya. Sebab secara ekonomis negara itu tegolong Negara miskin, sehingga negara lain tidak bergairah untuk menjajahnya. Faktor yang lain ialah sejak Nabi Ibrahim, masyarakat Arab sepakat untuk memelihara dan menjaganya dari ancaman dari Dunia luar. Keadaan yang demikian ini sangat mendukung terhadap berkembangnya kebudayaan di kawasan Hejaz.

Hejaz dilihat dari segi sejarahnya merupakan pusat lahirnya agama besar, misalnya agama Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahimlah yang membangun Ka’bah di sekitar sumur zamzam pemberian Allah SWT. Dengan hadirnya air zamzam dan Ka’bah itulah kota Mekkah menjadi pusat interaksi dan kebudayaan bangsa Arab, di mana seluruh bangsa Arab bertemu di tempat itu di samping melakukan ibadah juga mengadakan apresiasi seni antara penyair bangsa Arab. Bagi mereka prestasi mengarang syair bukan saja sebagai ekspresi kebebasan berfikir, tetapi juga sebagai instrumen prestige dan mobilisasi masyarakat.

Dengan kata lain, masyarakat penyair adalah masyarakat elite bangsa Arab, karena itu bagi yang mencapai prestasi gemilang seketika itu pula tergolong kelompok elite masyarakat, kendati asalnya dari kelompok masyarakat bawah. Dalam struktur masyarakat yang demikian inilah Islam masuk dengan untaian firman Allah SWT yang terbukti jauh lebih indah dari syair ciptaan penyair bangsa Arab, sehingga keunggulan Al-Qur’an dapat menembus kepercayaan dan agama yang dianut oleh mereka, yaitu agama menyembah berhala.

Menurut catatan sejarah dan beberapa keterangan autentik dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa sebelum agama Islam datang, masyarakat Arab menyembah berhala, terdapat sekitar 360 patung berhala yang disembah. Diantaranya yang terbesar adalah  Latta Uzza dan Manat. Kepercayaan selain menyembah berhala adalah zoroasta (penyembah api) , penyembah bintang dan langit, khususnya dianut bagian Arab Timur. Penganut agama Yahudi juga ada, tetapi tidak banyak, sebab agama Yahudi adalah khusus untuk Ras Yahuda, dan ras lain menjadi masyarakat kelas kedua bila masuk agama Yahudi.

Karena itulah kehadiran Islam di tengah–tengah masyarakat Arab peluangnya sangat besar, sebab Islam adalah agama yang tidak membedakan antara golongan dan ras. Perbedaan seorang hamba hanya ditentukan oleh kualitas ketaqwaannya pada Allah. Artinya muttaqin adalah masyarakat kelas satu dihadapan Allah SWT.

Zaman sebelum lahirnya agama Islam di tanah Arab disebut masa jahiliyah. Penamaan itu menunjukkan garis batas yang menjadi pemisah antara zaman lama dengan zaman baru, maksudnya antara zaman sebelum Islam dan sesudah datangnya agama Islam.
Penduduk tanah Arab, dari segi kebangsaan, terdiri dari bangsa Arab, bangsa Yahudi dan bangsa Persia. Kemudian dari segi kepercayaan, pada umumnya penyembah berhala. Selain itu, sebagian kecil dari mereka juga memeluk agama Majusi, Yahudi dan Nasrani.

2. Adat Kebiasaan

Sejarah perkembangan masyarakat Arab tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan Islam. Bangsa Arab adalah suatau bangsa yang diasuh dan dibesarkan oleh Islam. Sebaliknya Islam sebagai agama samawi, perkembangannya dipengaruhi peradaban bangsa Arab.

Lingkungan alam dimana suatu bangsa hidup serta berkembang mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan tabiat, adat istiadat, sosial, ekonomi dan budaya suatu bangsa. Dalam kaitan dengan pengaruh lingkungan Bangsa Arab terhadap corak perkembangan Islam, para sejarawan merumuskan sejumlah karakteristik tabiat Bangsa Arab yang mungkin mempengaruhi pertumbuhan Islam, antara lain:


  1. Masyarakat Arab sangat cinta dan setia pada adat dan tradisi kabilahnya masing-masing yang tercermin dalam kegemarannya menjamu tamu–tamunya atas nama kabilah.
  2. Meskipun demikian, seperti diungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa pada masa jahiliyah masyarakat Arab adalah masyarakat yang sangat tidak beradab. Gemar melakukan perampasan dan perusuhan, tidak memiliki skill dan ilmu, tetapi pembawaan mereka sebenarnya murni, pemberani dan sanggup berkorban untuk hal–hal yang ipandangnya baik.


Dari sini dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada saat itu mempunyai dua sifat sekaligus yaitu sifat positif dan negatif. Sifat positif itulah yang akan menjadi penunjang perkembangan Islam dan pendorong perkembangan masyarakat Arab.

Sedangkan sifat negatif akan merusak kebesaran dan persatuan mereka. Kehidupan yang sangat getir dan keras di gurun pasir menyebabkan orang Arab mempunyai kebiasaan buruk yaitu antara lain :

  1. Memandang rendah derajat manusia, dan membunuh bayi-bayi perempuan yang baru lahir. Wanita diperjual-belikan untuk menjadi pelampiasan nafsu laki-laki.
  2. Suka minum khomer yang memabukkan;
  3. Suka berjudi, mencuri, merampok dan menghalalkan segala cara untuk mewujudkan keinginan;
  4. Menyembah berhala, yang diletakkan disetiap rumah dan sudut kota. Berhala yang diagungkan oleh mereka adalah latta uzza dan lain-lain.
  5. Membunuh anak perempuan sejak nenek moyang karena takut akan mendatangkan aib bagi keluarga dan takut kelaparan.
  6. Suka peperangan. Peperangan antar kabilah dapat terjadi hanya karena perkara sepele. Misalnya seseorang dari satu kabilah menghina anggota kabilah lainnya, perbedaan pendapat berkenaan dengan hak-hak perorangan yang segera melibatkan kabilah masing masing.


3. Pemerintahan

Masyarakat Arab sebelum Islam tidak mengenal sistem pemerintahan. Masing-masing kabilah mempunyai pemerintahan sendiri yang dikepalai seorang syeikh, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam lingkungan kabilahnya. Disamping itu masing-masing kabilah juga mempunyai seorang hakim yang bertugas mengadili dan menetapkan keputusan mengenai berbagi perselisihan pertikaian yang terjadi di kalangan kabilah.

Masyarakat Arab sebelum datangnya agama Islam tidak mengenal pemerintahan pusat. Masing-masing mempunyai pemerintahan sendiri yang diketuai oleh seorang Syekh. Disamping itu ada juga hakim yang bertugas untuk mengadili sesama kabilah apabila ada perselisihan. Kabilah yang paling disegani saat itu adalah kabilah Quraisy dan mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Al-Hijabah

Bertugas mengurusi Ka’bah, seperti menjaga, membuka, menutup serta menjaga keamanan dan ketertiban ka’bah.

b. Darun Dakwah

Darun Dakwah adalah suatu majelis permusyarakatan rakyat, bertugas mengurusi masalah perundang-undangan bidang politik, sosial dan budaya.

c. Diyat

Diyat adalah suatu majelis yang mengurusi masalah pengadilan, baik pidana maupun perdata.

d. Al-Qiadah

Al-Qiadah adalah majelis yang mengurusi angkatan perang negeri Mekkah, yang mempunyai angkatan bersenjata yang terdiri dari pasukan perang dan penjaga keamanan, dan tugas yang lainnya

4. Keagamaan

Sebelum Islam datang ke negeri Arab, orang Arab sudah mempercayai akan keesaan Allah sebagai Tuhan. Kepercayaan ini diwariskan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Agama tersebut dalam al-Qur’an disebut agama Hanif, yaitu kepercayaan yang menyakini keesaan Allah SWT yang menciptakan alam semesta alam ini.

Berkaitan dengan ini ayat al–Qur’an menyebutkan bahwa sebenarnya mereka masih mempercayai ke-Esaan Allah SWT sebagai pencipta pengatur dan pemelihara alam semesta. Jika ditanyakan kepada orang Arab, mengapa menyembah patung dan berhala mereka menjawab bahwa semua itu dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT sang pencipta (Al-Qur’an:53, An-Najm:20-21 dan Al-Zuhruf:87).

Tetapi pada saat itu orang-orang Arab mencampurnya dengan agama-agama lain, seperti kepercayaan menyembah roh, jin, pohon dan matahari. Menurut pandangannya benda tersebut mempunyai kekuatan yang dapat menjadikan makmur dan sejahtera. Agama yang menyimpang tersebut dinamakan agama Watsaniyah.

Meskipun demikian, ada juga yang orang Arab yang tidak mudah terpengaruh oleh Agama Watsaniyah. Mereka adalah orang-orang yang memeluk agama Yahudi dan Nasrani. Pada dasarnya orang Arab tidak meninggalkan Agama Hanif sepenuhnya hanya saja dicampur dengan Agama Watsaniyah. Misalnya, pada masa jahiliah orang Arab masih memulyakan Ka’bah, tetapi mereka mencampurnya dengan mengelilingi Ka’bah tanpa busana dan masih banyak lagi pujaan yang lainnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebelum kedatangan Nabi Muhammad SAW, bangsa Arab telah menganut agama monotoisme. Agama tersebut diwarisi turun temurun sejak Nabi Ibrahim dan Ismail. Agama ini dalam Al-Qur’an disebut Hanif. Kepercayaan akan keesaan Allah SWT tetap diyakini oleh bangsa Arab sampai kerasulan Muhammad SAW, hanya saja sudah dicampur baurkan dengan tahayul dan kemusyrikan.

Dari uraian di atas penulis simpulkan bahwa bangsa Arab pra Islam tidak seburuk yang dibayangkan dan tidak semuanya berperilaku biadab dan bodoh. Hal tersebut dikarenakan bangsa Arab telah menjalin hubungan yang sangat baik dengan bangsa lain seperti bangsa Romawi. Disamping itu, pada saat itu juga bangsa Arab telah mempunyai badan-badan yang mengurusi berbagai hal dalam suatu kabilah atau masyarakat, hanya saja belum bisa mempergunakannya dengan baik.

Pada abad 6 masehi, Bangsa Arab pada umumnya belum bisa membaca dan menulis, serta mengandalkan hafalan dalam mengingat peristiwa yang penting. Sehingga banyak peristiwa tidak dapat ditulis oleh sejarah. Oleh karena itu mereka disebut Arab jahiliyah.

Arab jahiliyah ini bukan hanya karena buta aksara, akan tetapi lebih dari itu adalah bangsa yang tidak mempunyai peradaban, tidak mengenal aturan (norma). Meskipun demikian, masyarakat pra Islam juga memiliki beberapa sifat yang baik, terutama bangsa Arab sebelah utara keturunan Adnan.

Mereka berwatak pemurah, ramah, jarang melanggar amanat, dan sangat taat pada kepercayaannya, ingatannya tajam sehingga dengan muda mereka mengingat syair-syair yang indah. Dengan realitas seperti inilah sehingga pada masa Rasulullah SAW, mampu menumbuh suburkan ilmu periwayatan hadist yang merupakan bagian signifikan bagi khazanah hukum dan syariah Islam.