Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengertian, Dasar, Tujuan, dan Manfaat Pendidikan Islam

Pengertian Pendidikan Islam 

Memahami pendidikan Islam tidak semudah mengurai kata “Islam” dari kata ”Pendidikan” karena selain menjadi predikat, Islam juga merupakan satu subtansi dan subjek penting yang cukup kompleks. Karenanya untuk memahami Pendidikan Islam berarti kita harus melihat aspek utama missi agama Islam yang diturunkan kepada umat manusia dari sisi pedagogis. 
Islam sebagai ajaran yang datang dari Allah sesungguhnya merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia sehingga menjadi manusia sempurna. Islam sebagai agama unirversal telah memberikan pedoman hidup bagi manusia menuju kehidupan bahagia, yang pencapaiannya bergantung pada pendidikan. Pendidikan merupakan kunci penting untuk membuka jalan kehidupan manusia. Dengan demikian, Islam sangat berhubungan erat dengan pendidikan. Hubungan antara keduanya bersifat organis-fungsional; pendidikan berfungsi sebagai alat untukmencapai tujuan Islam, dan Islam menjadi kerangka dasar pengembangan pendidikan Islam.

Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna islam, pendidikan yang islami, yaitu pendidikan yang yang berdasarkan Islam.

Konfrensi Internasional Pendidikan Islam Pertama (First World Conference on Muslim education)yang diselenggarakan oleh Universitas King Abdul Aziz, Jeddah pada tahun 1977, belum berhasil membuat rumusan yang jelas tentang definisi pendidikan menurut islam. Dalam bagian “Rekomendasi” Konfrensi tersebut para peserta hanya membuat kesimpulan bahwa pengertian pendidikan menurut Islam ialah keseluruhan pengertian yang terkandung di dalam istilah ta’lim, tarbiyah, dan ta’dib. 

Ta’dib merupakan masdar kata kerja addaba yang berarti pendidikan. Dari kata addaba ini diturunkan juga kata addabun. Menurut al-Attas, addabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan berbagai tingkatan mereka dan dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang. 

Berdasarkan pengertian addaba seperti itu, Al-Attas mendefinisikan pendidikan pendidikan (menurut Islam) sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam manusia, tentang tempat-tempat yang tepat bagi segala sesuatu di dalam tatanan wujud sehinga hal ini membimbing kearah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud tersebut. 
            
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi yaitu pertama, menjaga dan memlihara fitrah anak menjelang dewasa(baligh); kedua, mengembangkan seluruh potensi; ketiga, mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnan; keempat, dilaksanakan secara bertahap. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pengembangan seluruh potensi anak didik secara bertahap menurut ajaran Islam. 
            
Menurut Abdul Fatah Jalal, proses ta’lim justru lebih universal dibandingkan proses al-tarbiyah. Jalal menjelaskan bahwa ta’lim tidak berhenti pada pengetahuan yang lahiriyah, juga tidak hanya sampai pada pengetahuan taklid. Ta’lim mencakup pula pengetahuan teoritis, mengulang kaji secara lisan, dan menyuruh melaksanakan pengetahuan itu. Ta’lim mencakp pula aspek-aspek pengetahuan lainya serta ketrampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan serta pedoman berperilaku. Jadi, berdasarkan analisis itu Abdul fattah jalal menyimpulkan bahwa menurut al-Qur’an ta’lim lebih luas serta lebih dalam dari pada tarbiyah. 

Dasar Pendidikan Islam

               
Orang Islam mengambil Kitab Suci Al-Qur’an sebagai dasar kehidupannya, untuk dijadikan sumber dalam ajaran Islam. Inilah pula yang dijadikan dasar bagi ilmu pendidikan Islam.  Al-Qur’an dalam ayat-ayatnya ternyata memberikan jaminan juga kepada hadits Nabi Muhammad saw, ada perintah Tuhan yang mengatakan bahwa manusia beriman wajib mnegikuti Allah dan rasul-Nya. Rasul-Nya yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. Perintah inilah (secara etimologis, jaminan inilah) yang dijadikan dasar oleh orang Islam untuk mengunakan hadits nabi sebagai dasar kedua dalam kehidupan. 
              
Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW juga menunjukan bahwa akal dapat juga digunakan dalm membuat aturan hidup bagi orang Islam, yaitu bila Al-Qur’an dan hadits tidak menjelaskan aturan itu, dan aturan yang dibuat oleh akal tidak boleh bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an dan Hadits bahkan penggunaan akal itu disuruh bukan saj diizinkan dalam Al-Quan dan hadits . penunjukkan ini merupakan legalitas dan jaminan untuk menggunakan akal dalam mengatur hidup orang Islam. Kalau demikian maka secara operasional aturan Islam dibuat berdasarkan tiga sumber utama, yaitu Al-Qur’an, Hadits dan akal.
                 
Jadi sudah jelas sesuai penjelasan diatas bahwasannya dasar pndidikan Islam adalah:
  1. Al-Qur’an
  2. Hadits Nabi Muhammad SAW 
  3. Akal 


Tujuan Pendidikan Islam

                
Berbicara tentang tujuan pendidikan, tak dapat tidak mengajak kita bicara tentang tujuan hidup manusia. Sebab pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan oleh manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya (survival), baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat.[4]                     

Tujuan pendidikan Islam adalah ubudiyah (beribadat) memberhambakan diri pada Allah. Pendapat ini beralasan kepada firman Allah, artinya: “tidaklah mereka disuruh, melainkan supaya mereka menyembah Allah serta mengikhlaskan agama kepadaNya”. (Al-Bayyinah:5). Tujuan pendidikan Islam ialah menyiapkan anak-anak supaya diwaktu dewasa kelak mereka cakap melakukan pekerjaan dunia dan amalan akhirat sehingga tercipta kebahagiaan bersama dunia-akhirat.  
               
Perumusan ini ringkas dan pendek, tetapi isinya dalam dan luas. Supaya anak-anak cakap melaksanakan amalan akhirat mereka harus dididik, supaya beriman teguh dan beramal sholeh. Untuk pendidikan itu harus diajarkan: keimanan, akhlak, ibadat dan isi-isi Al-qur’an yang berhubungan dengan yang wajib dikerjakan dan yang haram yang mesti ditinggalkan. 

Supaya anak-anak cakap melaksanakan pekerjaan dunia, mereka harus dididik untuk mengerjakan salah satu dari macam-macam perusahaan, seperti bertani, berdagang, berternak, bertukang, menjadi guru, pegawai negeri, buruh (pekerja), dan sebagainya yaitu menurut bakat dan pembawaan masing-masing anak. Untuk menghasilkan semua itu anak-anak harus belajar ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pekerjaan dunia dan ilmu pengetahuan yang berhubungna dengan amalan akhirat.                    
              
Untuk menetapkan tujuan pendidikan Islam itu, di bawah ini dikemukakan beberapa alasan: 

  1. Firman Allah, artinya: tuntutlah kampung akhirat dengan apa-apa ynag dianugerahkan Allah kepadamu dan janganlah engkau lupakan nasib engkau dari pada dunia. Dalam ayat ini dengan tegas dinyatakan, bahwa seseorang muslim harus berani beramal untuk kampung akhirat, tetapi tidak boleh melupakan nasib “bagian” di dunia ini. Untuk memperoleh nasib (bagian) di dunia ia harus melakukan pekerjaan dunia bukan hanya memangku tangan saja.
  2. Dalam surat Al-Baqoroh ayat 200, 201, 202 ditegaskan bahwa ada orang yang berkata: “Ya, Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia.” Maka tak adalah bagian di akhirat. Di antara mereka yang ada yang berkata: ya, tuhan kami, berilah kami kebaikan dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharakanlah kami daripada azdab neraka. Untuk mereka itu bagian dari usaha mereka sendiri. Oleh sebab itu tiap-tiap orang muslim harus berusaha untuk mencapai kebaikan di dunia dan kebaikan diakhirat. Kedua alasan tersebut cukup kuat untuk menetapkan perumusan tujuan pendidikan Islam tadi.
  3. Hadits Nabi SAW artinya: bukanlah yang terbaik di antara kamu orang yang meninggalkan dunia karena akhirat dan tidak pula orang yang meninggalkan akhirat karena dunia. Tetapi yang terbaik adalah orang yang mengambil dari ini (dunia) dan ini (akhirat). 
  4. Atsar (perkataan) sahabat, artinya: beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selama-selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati besok harinya. Dengan keterangan tersebut nyatalah, bahwa tujuan pendidikan Islam amat dalam dan luas, ialah menghimpunkan antara kecerdasan perseorangan yang berdasarkan keagamaan dan ilmu pengetahuan dan kecakapan dalam perbuatan dan pekerjaan. Dengan perkataan lain menghimpun menghimpunkan antara ilmu pengetahuan dan amal perbuatan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an.  

Manfaat Pendidikan Islam

    Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. 

    Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman, akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. 
                      
    Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya. Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11) Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan. 

    Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang berakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.
                       
    ” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.” Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.
                          
    Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. 

    Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah. Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. 
                    
    Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan. 

    Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.