Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Definisi Artificial Intelligence / Kecerdasan Buatan

Menurut pendapat Kusumadewi (2003, p1) Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan merupakan salah satu bagian ilmu komputer yang membuat agar mesin (komputer) dapat melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh manusia.

Pengertian AI dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, sebagai berikut :

1.   Sudut pandang kecerdasan

Kecerdasan buatan akan membuat mesin menjadi ‘cerdas’. Cerdas dalam arti mampu berbuat seperti apa yang dilakukan oleh manusia.

2.   Sudut pandang penelitian

Kecerdasan buatan adalah suatu studi bagaimana membuat komputer dapat melakukan sesuatu sebaik yang dikerjakan manusia. Domain yang sering dibahas oleh para peneliti :

Mundane task

  • Persepsi (vision & speech)
  • Bahasa Alami (understanding, generation & translation)
  • Pemikiran yang bersifat commonsense
  • Robot control

Formal task

  • Permainan atau games
  • Matematika (geometri, logika, kalkulus integral, pembuktian)

Expert task

  • Analisis financial
  • Analisis medikal
  • Analisis ilmu pengetahuan
  • Rekayasa (desain, pencarian kegagalan, perencanaan manufaktur)

3.   Sudut pandang bisnis

Kecerdasan buatan adalah kumpulan peralatan yang sangat powerful  dan  metodologis  dalam  menyelesaikan  masalah-masalah bisnis.

4.   Sudut pandang pemograman

Kecerdasan  buatan  meliputi  studi  tentang  pemograman simbolik, penyelesaian masalah (problem solving) dan pencarian (searching). Untuk membuat aplikasinya ada dua bagian utama yang sangat dibutuhkan.

Basis Pengetahuan (Knowledge Base), berisi fakta-fakta, teori, pemikiran dan hubungan antara satu dengan lainnya. Motor Inferensi (Inference Engine), yaitu kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan pengalaman.

Manusia bisa menjadi pandai dalam menyelesaikan segala masalah karena manusia mempunyai pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan didapat dari belajar. Semakin banyak bekal pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, semakin mampu manusia menyelesaikan masalah.

Namun bekal pengetahuan saja tidak cukup, manusia juga diberi akal untuk melakukan penalaran, mengambil kesimpulan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki.

Tanpa memiliki kemampuan untuk menalar dengan baik, manusia dengan segudang pengalaman dan pengetahuan tidak dapat menyelesaikan masalah  dengan  baik.  Demikian  pula,  dengan  kemampuan  menalar yang  sangat  baik,  namun  tanpa  bekal  pengetahuan  dan  pengalaman yang memadai, manusia juga tidak akan bisa menyelesaikan masalah dengan baik.

Agar  komputer  dapat  bertindak  seperti  dan  sebaik  manusia, maka komputer juga harus diberi bekal pengetahuan dan mempunyai Kemampuan untuk menalar. Untuk itu AI mencoba untuk memberikan beberapa metoda dalam membekali komputer dengan kedua komponen tersebut agar komputer bisa menjadi mesin yang pintar.

Kecerdasan Buatan dan Kecerdasan Alami

Nilai potensial dari kecerdasan buatan dapat lebih dimengerti jika dibandingkan dengan kecerdasan alami (kecerdasan yang dimiliki oleh manusia). Dibandingkan dengan kecerdasan alami, kecerdasan buatan memiliki beberapa keuntungan, antara lain :

  1. Kecerdasan buatan lebih bersifat permanen. Kecerdasan alami akan lebih cepat mengalami perubahan. Hal ini dimungkinkan karena sifat manusia yang mudah lupa. Kecerdasan buatan tidak akan berubah sepanjang sistem komputer dan program tidak mengubahnya.
  2. Kecerdasan buatan lebih mudah diduplikasi dan disebarkan. Mentransfer pengetahuan manusia dari satu orang ke orang lain membutuhkan proses yang sangat lama dan juga keahlian itu tidak akan pernah dapat diduplikasi dengan lengkap. Oleh karena itu, jika pengetahuan terletak pada suatu sistem komputer, pengetahuan tersebut dapat disalin dari komputer tersebut dan dapat dipindahkan dengan mudah ke komputer yang lain.
  3. Kecerdasan buatan lebih murah dibandingkan dengan kecerdasan alami. Menyediakan layanan komputer akan lebih mudah dan lebih murah  dibandingkan  dengan  harus  mendatangkan  seseorang  untuk mengerjakan  sejumlah  pekerjaan  dalam  jangka  waktu  yang  sangat lama.
  4. Kecerdasan buatan lebih bersifat konsisten. Hal ini disebabkan karena kecerdasan buatan adalah bagian dari teknologi komputer. Sedangkan kecerdasan alami akan senantiasa berubah-ubah.
  5. Kecerdasan buatan dapat didokumentasi. Keputusan yang dibuat oleh komputer dapat didokumentasi dengan  mudah  dengan  cara  melacak  setiap  aktivitas  dari  sistem tersebut. Kecerdasan alami sangat sulit untuk direproduksi.
  6. Kecerdasan buatan dapat mengerjakan pekerjaan lebih cepat dibanding dengan kecerdasan alami.
  7. Kecerdasan buatan dapat mengerjakan pekerjaan lebih baik dibanding dengan kecerdasan alami.

Sedangkan keuntungan kecerdasan alamiah dibanding kecerdasan buatan adalah sebagai berikut :
  1. Bersifat lebih kreatif. Kemampuan untuk menambah ataupun memenuhi pengetahuan itu sangat melekat pada jiwa manusia. Pada kecerdasan buatan, untuk menambah pengetahuan harus dilakukan melalui sistem yang dibangun.
  2. Kecerdasan alami memungkinkan orang untuk menggunakan pengalaman secara langsung.
  3. Sedangkan kecerdasan buatan harus mendapatkan input berupa simbol-simbol dan representasi.
  4. Pemikiran manusia dapat digunakan secara luas, sedangkan kecerdasan buatan sangat terbatas. Keuntungan kecerdasan alami dibandingkan AI memperlihatkan banyaknya keterbatasan mempergunakan teknologi AI. Bagaimanapun, dalam banyak kasus teknologi AI menyediakan kemajuan signifikan dalam produktivitas dan kualitas.

Kecerdasan Buatan dan Komputer Konvensional

Pada awalnya, komputer diciptakan sebagai alat hitung saja. Namun seiring dengan perkembangan jaman, maka peran komputer semakin mendominasi kehidupan umat manusia. Komputer tidak lagi digunakan hanya sebagai alat hitung. Lebih dari itu, komputer diharapkan untuk dapat diberdayakan untuk mengerjakan segala sesuatu yang bisa dikerjakan manusia.

Sejarah Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan termasuk bidang ilmu yang relatif muda. Pada tahun 1950-an para ilmuwan dan peneliti mulai memikirkan bagaimana caranya agar mesin dapat melakukan pekerjaannya seperti yang biasa dilakukan oleh manusia.

Alan Turing, seorang matematikawan dari Inggris pertama kali mengusulkan adanya tes untuk melihat bisa atau tidaknya sebuah mesin dikatakan cerdas. Hasil tes tersebut kemudian dikenal dengan Turing Test, dimana mesin tersebut menyamar seolah-olah sebagai seseorang di dalam suatu permainan yang mampu memberikan respon terhadap  serangkaian  pertanyaan  yang  diajukan.

Turing  beranggapan bahwa, jika mesin dapat membuat seseorang percaya bahwa dirinya mampu berkomunikasi dengan orang lain, maka dapat dikatakan bahwa mesin tersebut cerdas, seperti layaknya manusia.