Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pengaruh Covid-19 Terhadap Sektor Pendidikan

Saat ini dunia sedang digemparkan dengan mewabahnya suatu penyakit yang disebabkan oleh virus yang bernama corona atau dikenal dengan covid-19 (Corona Virus Diseases). Virus ini mulai mewabah pada 31 Desember 2019 di Kota Wuhan Provinsi Hubei Tiongkok, saat ini menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia dengan sangat cepat.
Pengaruh Covid-19 Terhadap Sektor Pendidikan

Ratusan ribu manusia yang terpapar virus ini di seluruh dunia, bahkan puluhan ribu menjadi korban meninggal. Telah tercatat negara-negara yang memiliki kasus tinggi covid-19 saat ini adalah Italia, Tiongkok, Spanyol, Amerika Serikat, dan Iran dengan tingkat kematian hingga ribuan orang. Penularan yang begitu cepat dan sulitnya mendeteksi orang yang terpapar covid-19 kurang lebih dua minggu menjadi penyebab banyaknya korban yang berjatuhan. Penularan melalui kontak antar manusia sangat sulit diprediksi karena kegiatan sosial yang tidak bisa dihindari merupakan penyebab terbesar menyebarnya virus corona ini. Obat penawar yang sampai saat ini belum bisa ditemukan serta membludaknya jumlah pasien terpapar covid-19 menjadi penyebab kematian paling tinggi. Rumah sakit dan paramedis merasa kewalahan sehingga banyak pasien yang tidak tertangani dengan baik.

Rumitnya penanganan wabah ini akhirnya para pemimpin dunia menerapkan kebijakan yang sangat ketat untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Social distancing menjadi pilihan utama bagi setiap negara dalam menerapkan kebijakan pencegahan penyebaran covid-19. Pembatasan interaksi sosial ini dapat menghambat laju pertumbuhan dan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan, namun tidak ada lagi pilihan lain, karena cara ini merupakan cara yang paling efektif. Kebijakan social distancing banyak berpengaruh buruk terhadap kehidupan manusia, terutama masalah ekonomi yang paling terasa dampaknya, karena negara akan sangat terbebani jika harus menanggung semua kebutuhan pokok setiap penduduknya. Tak terkecuali di bidang pendidikan pun ikut berdampak pada kebijakan ini. Keputusan pemerintah yang secara medadak meliburkan atau memindahkan proses pembelajaran dari sekolah menjadi di rumah. Hampir 300 juta siswa terganggu dalam kegiatan sekolahnya di seluruh dunia serta mengancam hak akan pendidikan mereka di masa depan.

Hingga saat ini penyebaran virus masih terus memprihatinkan. Data terbaru penyebaran virus corona kini dikonfirmasi positif di 84 negara. Data Jumat, 6 Maret 2020 pagi, tercatat 97.885 kasus yang positif terinfeksi, dengan angka kematian mencapai 3.348. Sementara, pasien yang sembuh sekitar 53.796.

Demikian dengan pembatalan beberapa program dan agenda penting siswa ke luar negeri seperti perlombaan, yang membuat mereka kecewa karena merasa telah mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya. Apalagi wawasan siswa seputar virus corona yang masih minim bisa membuat mereka memiliki tingkat kekhawatiran yang lebih tinggi.

Apalagi jika Covid-19 tidak segera berakhir. Penundaan sekolah di negara-negara yang terdampak virus tersebut dapat mengganggu hak setiap warganya untuk mendapat layanan pendidikan yang layak. Penutupan kampus dan sekolah-sekolah tentu akan memperlambat dan menghambat target yang telah ditetapkan pemerintah atau sekolah masing-masing. Akan tetapi, dengan diadakannya proses pendidikan di rumah sudah sangat tepat dilakukan untuk meminimalisir kontak antar manusia dalam kondisi seperti saat ini. Karena, dalam ilmu sosiologi proses belajar tidak harus dengan bertatap muka langsung atau tidak harus bersentuhan. Interaksi dapat dilakukan melalui teknologi dan media sosial. Oleh karena itu instansi pendidikan beralih dari pertemuan kelasnya dengan memberikan tugas rumah. Setiap persekolahan dapat mengganti pertemuan kelasnya dengan memberikan tugas rumah atau tugas daring kepada siswanya, bertujuan agar murid bekerja dan belajar di rumah dan meminimalisir dari keluar rumah. Sedangkan di perguruan tinggi mengalihkan pertemuan kelasnya dengan pertemuan daring dan tugas daring dengan memanfaatkan teknologi sebagai pembelajaran online dengan baik.      Disamping itu, terdapat banyak permasalahan yang dialami para siswa dan mahasiswa terkait pembelajaran di rumah, banyak keluhan-keluhan yang dirasakan para siswa karena tugas rumah yang diberikan oleh masing-masing guru yang terlalu banyak, sedangkan di kalangan mahasiswa, banyak keluhan dari mereka bahwa pertemuan daring banyak terkendala oleh jaringan Web, teknologi yang kurang memadai, hingga sinyal, selain itu kurang efektifnya belajar di rumah karena belajar secara mandiri, banyak orang tua mereka yang kurang meguasai terhadap materi yang diberikan, mungkin hanya bisa membimbing dan memberikan arahan saja.

Begitu pula banyak para siswa yang menyalahgunakan proses belajar di rumah, seperti bermain game online di warnet, bermain ke tempat-tempat keramaian dengan alasan mencari wifi, yang berdampak lagi pada munculnya masalah baru akibat penyalahgunaan belajar di rumah untuk melakukan hal yang tidak taat akan social distancing. Dari permasalahan ini, pemerintah akhirnya menindak lanjuti akan hal tersebut, pemerintah meminta untuk penutupan warnet, hingga mengatur pengoperasian jam buka tempat-tempat keramaian, seperti pusat-pusat perbelanjaan dan tempat-tempat hiburan.

Dengan demikian, apabila kondisi tersebut semakin meningkat, dipastikan dampaknya pada ketertundaan semua agenda kegiatan yang ada, baik di sekolah maupun perguruan tinggi, seperti tugas yang harus dilakukan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat tidak dapat dilakukan guna untuk meminimalisir pertemuan dalam jarak dekat, maka segala agenda harus ditunda dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Terhadap sektor pendidikan juga akan meningkat. Dampak yang dikhawatirkan yaitu efek jangka panjang. Sebab para siswa dan mahasiswa akan merasakan keterlambatan dalam proses pendidikan. Hal ini dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan mereka di masa yang akan datang. Eva Salsabila