Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sulitnya Sekolah di Rumah Saat Pandemi Covid 19

Tahun pembelajaran 2020/2021 tetap dilaksanakan mulai tanggal 13 Juli 2020 untuk semua tingkatan pendidikan di Indonesia. Dikarenakan pandemi covid 19 masih belum tuntas, maka Indonesia membuat kebijakan proses pembelajaran dilaksanakan secara daring atau online.
Penerapan pembelajaran secara online oleh semua tingkatn menggunkan kurikulum darurat. Kurikulum darurat diterapkan guna menjalankan proses belajar mengajar secara online saat pandemi covid 19 masih melnda kawasan di Indonesia.

Pemberlakuan dan pelaksanaan pembelajran dengan kurikulum darurat ini telah berjalan beberapa minggu dengan berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi pengajar, pendidik, pebelajar, dan seluruh warga sekolah dan madrasah di Indonesia.

Pihak sekolah dengan kebijakan yang ditetapkan oleh kementerian pendidikan dan kementerian agama untuk melaksanakan pembelajaran secara daring berupaya menjalankan dan melaksanakannya dengan maksimal antara lain:

  1. Menyusun kurikulum darurat yang telah ditetapkan oleh kementerian.
  2. Melatih guru-guru untuk berani tampil di depan kamera guna menghadapi pembelajaran daring, melatih guru-guru membuat google form untuk absensi siswa dan tugas siswa, dan lain sebagainya.
  3. Mensosialisasikan pembelajaran online ke wali siswa untuk pendampingan siswa selama pembelajaran dilaksanakan di rumah dan secara virtual.


Pihak orangtua selaku pendamping peserta didik selama pembelajaran online menyiapkan beberapa sarana dan prasarana supaya pembelajaran anaknya berjalan dengan baik. Upaya yang dilakukan orang tua antara lain:

  1. Membeli handphone, laptop, paket data yang tidak murah dikarenakan hp dan sarana lainnya dipakai dan dibawa ke tempat kerja.
  2. Sebenarnya orang tua tidak bisa mendampingi anak saat belajar di pagi hari, karena orang tua juga bekerja.
  3. Mengontrol grup pembelajaran anaknya sambil melihat tugas apa yang diberikan guru, pemberian tugas lebih irit biaya daripada tatap muka secara online dengan aplikasi zoom dan google meet yang menyedot dats internet lebih boros. Orang tua tidak mampu ekonomi kalau belajar secara tatap muka virtual.
  4. Mikir tugas anak sambil mikir tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Khusus kelas rendah paud,tk, mi tentu belum bisa mikir sendiri dengan tugas yang diberikan guru.
  5. Pulang kerja membimbibg anak menyelesaikan tugas guru tadi pagi dengan segala kecapekan dan kelelahan habis kerja. Marah dan uring-uringan selalu menyertai dalam bimbing sang anak.
  6. Mengirim hasil  tugas secara inline melalsui whatsapp dan google form ke guru.


Pihak guru dengan adanya tuntutan pembelajaran secara online dengan kurikulum darurat covid 19 bekerja lebih ekstra dan bingung. Karena tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran secara online dan tidak bisa mengikuti arus perkembangan teknologi yang cepat karena faktor usia yang sudah tidak cekatan lagi. Upaya yang dilakukan guru agar pembelajaran layak antara lain:

  1. Mempercayakan diri sendiri berhadapan dengan kamera, mau tidak mau guru harus menjalaninya menyampaikan materi pembelajaran yang direkam dan dikirim ke grup whatsapp orang tua anak didik.
  2. Meyiapkan materi sebaik mungkin dan layak untuk dipelajari peserta didik.
  3. Menyiapkan absensi online untuk peserta didiknya.
  4. Siap 24 jam menjawab segala kesulitan ysng dihadapi orang tua dan peserta didik.
  5. Mengoreksi hasil tugas yang diberikan ke peserta didik.
  6. Mengevaluasi dan menilai hasil belajar peserta didiknya.
  7. Melaporkan kinerjanya ke atasannya sebagai ketertiban dan pertanggungjawaban administrasi.


Bagi peserta didik juga tidak lebih ribet dari yang dirasakan guru dan orang tuanya, mereka juga berusaha menyesuaikan keadaan darurat ini sebaik mungkin. Upaya Peserta didik antara lain:

  1. Bangun pagi mandi dan ganti baju sekolah karena sekolah dimulai pukul 07.00 WIB walaupun dilaksanakan online.
  2. Mengikuti sekolah dengan memperhatikan pengaran dari guru dan orang tua.
  3. Mengerjakan tugas dengan sebaiknya.
  4. Mengirimkan hasil belajar ke guru.


Jadi, pembelajaran secara online bagi orang Indonesia masih banyak kendalanya daripada keberhasilannya. Kenyataan jauh lebih buruk daripada khayalannya. Ekspektasinya pembelajaran secara online lebih gampang dan murah kenyataannya lebih sulit dan mahal. Sulit karena tidak terbiasa dengan perangkat teknologi pembelajaran karena selama ini teknologi sebagai alat komunikasi. Mahal karena teknologi butuh nyawa yaitu paket data internet yang tidak murah di Indonesia.

Khayalan pembelajaran online lebih mudah dan murah adalh khayalan menteri dan pakar pendidikan yng hidup di kot metropolitan. di pelosok desa kenyataannya pembelajaran online sulit dan menyiksa. Di sekolah dan madrasah desa gaji guru yang minim dipaksa untuk online maka game over hidupnya, orang tua disuruh online ya selesai pembelajaran karena hp saja tidak punya.

Sebaiknya kebijakan terukur dengan baik supaya semua berjalan dengan baik tidak hanya gebyah uyah semua gak boleh luring semua harus daring. Perlu dicari solusi yang lebih tepat. Serahkan urusan pendidikan pada kebijakan daerah tidak semua terpusat. Tolok ukur pusat hanya pada pendidikan di kota maka pendidikan di desa menjadi keteteran mengikuti pusat.

Begitulah fenomena pendidikan saat pandemi covid 19 ini. Kita berdo semoga Allah SWT mengembalikan keadaan ini normal seperti sediakala. Agar anak-anak belajar dengn baik, orang tua dan guru bisa melaksanakan aktivitasnya dengan baik pula. Tidak ada lagi yang saling menyalahkan antara pihak sekolah, orang tua dan guru serta siswa. Saling mengatai enak ya jadi guru...enak ya jadi wali...enak ya jadi murid...enaknya pengurys seekolah. Cibiran tidak penting dan tidak perlu segera enyah di dunia pendidikan dan diganti oleh Allah SWT keadaan yang lebih baik kedepannya. Amiin.