Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lapisan Masyarakat, Perbedaan Sosial, Interaksi Sosial,Konflik Sosial, dan Integrasi Sosial

Pengertian Lapisan Masyarakat

Menurut Pitirim A.Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat. Pitirim A.Sorokin juga mengatakan bahwa lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Lapisan-lapisan kelas secara bertingkat dapat dibedakan menjadi tiga unsur, yaitu kelas atas, menengah, dan kelas bawah. Golongan yang berada dalam kelas atas adalah golongan yang memiliki banyak uang, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.
Bentuk-bentuk lapisan masyarakat berbeda-beda dan banyak sekali. Lapisan-lapisan tersebut tetap ada sekalipun dalam masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya. Lapisan masyarakat tadi mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama di dalam suatu organisasi bersama. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang bertaraf kebudayaan masih bersahaja. Lapisan masyarakat mula-mula di dasarkan pada perbedaan seks, perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin, golongan budak dan bukan budak, pembagian kerja, dan bahkan juga suatu perbedaan berdasarkan kekayaan.

Lapisan masyarakat memiliki banyak bentuk-bentuk kongkrit. Akan tetapi, secara prinsipil bentuk-bentuk tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelas yaitu yang ekonomis, politis, dan yang didasarkan pada jabatan-jabatan tertentu dalam masyarakat. Umumnya, ketiga bentuk kelompok tadi mempunyai hubungan yang erat satu dengan yang lainya, di mana terjadi saling mempengaruhi.

Misalnya, mereka yang termasuk ke dalam suatu lapisan atas dasar ukuran politis biasanya juga merupakan orang-orang yang menduduki suatu lapisan tertentu atas dasar ekonomis. Dimikian pula mereka yang kaya biasanya menempati jabatan-jabatan yang senantiasa penting. Akan tetapi hal itu tergantung pada sistem nilai yang berlaku serta berkembang dalam masyarakat bersangkutan.

Terjadinya Lapisan Masyarakat

Sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Akan tetapi, ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian keanggotaan, kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.

Secara teoritis, semua manusia dianggap sederajat. Akan tetap, sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demikian. Perbedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.

Sifat Sistem Lapisan Masyarakat

Sifat sistem lapisan di dalam suatu masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social stratification) dan terbuka (open social stratification). Sistem lapisan yang bersifat tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik yang merupakan gerak ke atas atau ke bawah.

Di dalam sistem demikian, satu-satunya jalan untuk menjadi anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Sebaliknya di dalam sistem terbuka, setiap masyarakat mempunyai  kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau, bagi mereka yang tidak beruntung jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan dibawahnya.

Pada umumnya sistem terbuka ini memberi perangsang yang lebih besar kepada setiap anggota masyarakat untuk dijadikan landasan pembagunan masyarakat dari pada sistem yang tertutup.


Kelas-Kelas dalam Masyarakat (social classes)

Kelas sosial adalah semua  orang dan keluarga  yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu lapisan, sedangkan kedudukan mereka itu diketahui serta diakui oleh masyarakat umum. Ada beberapa pendapat tentang kelas sosial, yaitu:

Kurt.B.Mayer, istilah kelas sosial hanya dipergunakan untuk lapisan yang bersandarkan atas unsur-unsur ekonomis, sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan kemasyarakatan dinamakan kelompok kedudukan (status group).

Max Weber, membuat perbedaan antara dasar-dasar ekonomis dan dasar-dasar kedudukan sosial, dan tetap menggunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi dalam kelas yang bersandarkan atas pemilikan tanah dan benda-benda, sarta kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dan menggunakan kecakapanya. Adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus  dari masyarakat dan dinamakan stand.

Joseoh Schumpeter, terbentuknya kelas dalam masyarakat diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata, akan tetapi makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.

Dasar Lapisan Masyarakat

Di antara lapisan teratas dengan lapisan terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan teratas tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang di hargai oleh masyarakat. Akan tetapi, kedudukan yang tinggi itu bersifat komulatif. Artinya mereka yang mempunyai banyak uang akan mudah sekali dalam mendapatkan apa yang mereka inginkan, kekuasaan, dan mungkin juga kehormatan.

Kriteria-kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan.

Pengertian Perbedaan Sosial

Perbedaan sosial ialah diskriminasi penduduk ataupun warga masyarakat ke dalam lingkungan maupun himpunan secara melintang ataupun tidak berjenjang. Konkretisasi perbedaan sosisal merupakan kategorisasi penduduk atas asas diskriminasi dalam mengenai yang tidak mengungkapkan fase antara lain jenis kelamin, ras, agama dan suku.

Ciri – Ciri Perbedaan Sosial

Berikut ini terdapat 3 ciri-ciri dari perbedaan sosial, yakni sebagai berikut:

1. Ciri Fisik

Ialah berlangsung karena terdapat perbedaan ciri yang spesifik, seperti perbedaan bentuk tubuh, warna kulit, bentuk mata, warna mata, rambut, hidung dan muka.

2. Ciri Sosial

Ialah berbentuk karena terdapat perbedaan pekerjaan yang membentuk cara tatapan dan bentuk sikap dalam masyarakat berlainan, yang termasuk dalam golongan tersebut ialah kontribusi, kinerja dan kedaulatan.

3. Ciri Budaya

Ialah berinteraksi baik dengan pendirian hidup masyarakat yang melibatkan adab-adab yang dipercayainya, misalnya keyakinan, sistem kekeluargaan, kegigihan dan adab.


Macam – Macam Perbedaan Sosial

a. Berdasarkan Biologis


  • Perbedaan Jenis Kelamin
  • Perbedaan Umur
  • Perbedaan Intelektual
  • Perbedaan Ras


b. Berdasarkan Interaksi dengan Keadaan Sosial Kultur


  • Perbedaan Suku Bangsa
  • Perbedaan Agama
  • Perbedaan Klan
  • Perbedaan Karir


Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan materi wajib yang harus kamu pelajari dalam pelajaran Sosiologi. Sebab, interaksi sosial dalam ilmu sosiologi merupakan salah satu materi dasar. Pengertian interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial juga dapat dikatakan sebagai proses saling mempengaruhi tindakan individu atau kelompok melalui simbol-simbol dan bahasa. Jadi, sederhananya, interaksi sosial itu membahas bagaimana kamu berinteraksi dengan orang lain dalam kehidupan sosial dan masyarakat.

Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Sebuah interaksi sosial bisa terjadi harus memenuhi beberapa syarat yang harus terpenuhi. Syarat itu ialah adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi (communication).
Kontak sosial merupakan bertemunya dua pihak atau lebih secara fisik, baik tanpa alat maupun dengan alat. Kontak sosial memiliki berbagai bentuk yang didasari jumlah pelaku, tindakan atau tanggapan, dan sifatnya.

Berdasarkan jumlah pelaku, kontak sosial terbagi menjadi kontak antar individu, antar kelompok, dan antara individu dengan kelompok. Berdasarkan tindakan atau tanggapan, terbagi menjadi kontak sosial positif dan negatif. Kontak positif mengarah kepada kerjasama sedangkan kontak negatif mengarah pada pertentangan dan, berdasarkan sifatnya, kontak sosial terbagi menjadi primer dan sekunder. Kontak primer terjadi secara langsung atau bertatap muka. Sedangkan, kontak sekunder terjadi dengan menggunakan pihak ketiga atau menggunakan alat/media.

Lalu, syarat kedua, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan kepada seseorang, sehingga pesan dapat diterima dan dipahami. Komunikasi dapat berlangsung bila memenuhi beberapa syarat. Pertama, ada pengirim (sender), yakni pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain.

Kedua, ada penerima (receiver), yakni pihak yang menerima pesan dari pihak lainnya. Syarat ketiga, ada pesan (message), yakni isi atau maksud yang akan disampaikan oleh setiap pihak kepada pihak lainnya. Dan, terakhir, ada umpan balik (feedback), yakni tanggapan dari penerima pesan.

Sedangkan bentuk komunikasi dibedakan menjadi dua, yakni komunikasi lisan (verbal) dan komunikasi isyarat (nonverbal). Komunikasi lisan merupakan komunikasi dengan menggunakan kata-kata (verbal) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Contohnya, berbicara langsung atau menggunakan ponsel.

Lalu, komunikasi isyarat atau nonverbal merupakan komunikasi dengan menggunakan gerak-gerik badan, bahasa isyarat, atau menunjukkan sikap tertentu. Contohnya, menggelengkan kepala tanda tidak setuju atau mengangguk tanda setuju.

Ciri-Ciri dan Sumber Interaksi Sosial

Interkasi sosial memiliki ciri-ciri dan sumbernya. Untuk ciri-ciri terbagi menjadi empat. Pertama, pelakunya terdiri atas dua orang atau lebih. Sebab, namanya interaksi pasti melibatkan pengirim pesan dan penerima pesan. Tanpa adanya itu, maka interaksi sosial tidak akan tercapai.

Ciri kedua, adanya tujuan yang akan dicapai. Artinya, ada pesan yang hendak disampaikan dan pesan tersebut memiliki tujuan tertentu. Lalu, ciri ketiga ialah adanya dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi ketika komunikasi berlangsung. Dan, terakhir, ada pola khusus yang berarti adanya hubungan timbal balik antara pengirim pesan dengan penerimanya.

Untuk sumber interaksi sosial terbagi menjadi dua. Pertama, penampilan fisik yang meliputi warna kulit, pakaian, postur tubuh, pakaian, dan usia. Dan kedua, pola pikir yang meliputi pokok pikiran dari pengirim dan penerima.

Bentuk – Bentuk Interaksi Sosial

Interaksi sosial memiliki bentuk-bentuk yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni interaksi sosial asosiasif dan interaksi sosial disosiasif. Interaksi sosial asosiasif terdiri atas:

1. Kerjasama(cooperation)

Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antar individu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Akomodasi merupakan proses penyesuaian sosial dalam interaksi antar individu dan antar kelompok untuk meredakan suatu pertentangan.

2. Akomodasi(accommodation)

Asimilasi merupakan sebuah proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga setiap pihak bisa merasakan kebudayaan tunggal sebagai kepunyaan bersama. Dan, akulturasi merupakan proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk menerima kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri.

3. Asimilasi(assimilation)

Asimilasi merupakan sebuah proses ke arah peleburan kebudayaan sehingga setiap pihak bisa merasakan kebudayaan tunggal sebagai kepunyaan bersama. Dan, akulturasi merupakan proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk menerima kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri.

4. Akulturasi(acculturation)

Akulturasi merupakan proses yang timbul dari suatu kebudayaan untuk menerima kebudayaan asing tanpa menghilangkan kebudayaan sendiri.

5. Disosiatif(dissociation)

Interaksi sosial disosiasif terdiri dari persaingan (competition), kontraversi, dan pertentangan. Persaingan merupakan proses sosial yang melibatkan individu atau kelompok dalam hal berlomba dan berbuat sesuatu untuk mencapai kemenangan tertentu.

Kontraversi merupakan suatu pertentangan atau perbedaan pendapat, sikap yang biasanya berupa perdebatan terhadap suatu masalah yang bertentangan dan mempunyai dua sisi berlainan. Dan, pertentangan merupakan suatu keadaan berupa konflik sosial.


Pengertian Konflik

Konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang, dua kelompok, atau lebih yang salah satunya berupaya untuk menyingkirkan yang lain dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Konflik sendiri dilatar belakangi dengan adanya perbedaan ciri – ciri yang dibawa oleh individu yang terlibat dalam suatu interaksi.

Soerjono Soekanto mengungkapkan bahwa konflik merupakan pertentangan untuk berusaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan.  Sedangkan menurut lewis A. Coser konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik sosial diartikan sebagai pertentangan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam kehidupan.

Konflik sosial merupakan konflik yang terjadi karena adanya perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi – pribadi yang berbeda – beda dan terpengaruh dengan pola pemikiran dan pendirian kelompoknya.

Konflik sosial juga bisa disimpilkan sebagai suatu bentuk perselisihan, percekcokan, atau pertentangan antara dua orang atau dua kelompok masyarakat yang berpikir dan bertindak menurut pola pikir budayanya masing – masing.

Faktor Pemicu Terjadinya Konflik

Konflik merupakan bagian yang akan selalu ada dalam masyarakat. Konflik akan hilang apabila masyarakatnya hilang. Jadi, bisa disimpulkan bahwa sebenarnya kita tidak perlu bingung dengan ada atau tidaknya konflik, sebab keduanya adalah hal yang serupa hubungan antara kompetisi dan kooperasi. Dalam situasi kompetitif, dua kelompok mempunyai tujuan yang tidak sama yang kooperatif dan mengarah pada integrasi jika terkontrol. Ada beberapa faktor pemicu terjadinya konflik menurut Soerjono Soekanto:


  1. Perbedaan pendirian dan perasaan individu.
  2. Perbedaan kepentingan antara pribadi dan kelompok yang antara lain mencakup bidang sosial, politik, dan ekonomi.
  3. Perbedaan latar belakang kebudayaan hingga seseorang akan terpengaruh oleh pola pikir dan pendirian kelompok, alhasil terbentuklah pribadi yang berbeda – beda.
  4. Perubahan nilai yang cepat dan mendadak sehingga membuat culture shock dalam masyarakat. 


Macam – Macam Konflik

Berdasarkan teori, ada lima macam gaya manajemen konflik, yakni manajemen konflik dengan penekanan yang relatif yang terdiri dari keinginan untuk memenuhi kebutuhan orang lain (cooperativeness) dan berkorban untuk pihak lain (assertiveness), menang-kalah yakni berkorban untuk keinginan pihak lain, menang-menang yakni menguntungkan semua pihak, dan emosional yakni dengan bersitegang.

Kelima macam gaya tersebut berlaku untuk macam – macam konflik yang menurut Dahrendrof, ada empat yakni:

  1. Konflik dalam peran sosial. Misalnya, antarperanan dalam keluarga atau profesi. Maka, ini disebut konflik peran.
  2. Konflik antarkelompok sosial, misalnya konflik antarkeluarga atau antargeng.
  3. Konflik antarsatuan nasional, misalnya konflik perang saudara atau konflik antarpartai politik dalam masa kampanye.
  4. Konflik antarindividu yang tidak terorganisasi dengan kelompok terorganisasi, misalnya polisi melawan massa. 


Ada juga 4 bentuk konflik menurut Lewis A yaitu:

1. Konflik yang realistis

Konflik sosial yang terjadi karena frustasi dengan situasi tertentu dalam suatu hubungan dan sasarannya adalah frustasi itu sendiri.

2. Konflik nonrealistis

Bertujuan untuk meredakan ketegangan pada pihak kesaru atau kedua belah pihak.

3. Konflik in-group (dalam kelompok)

Semakin masing – masing anggota kelompok dekat, semakin intens konflik terjadi. Namun, konflik bisa dikurangi hingga energi anggota kelompok dapat diimobilisasi kearah yang lain dan tidak terkonsentrasi ke satu konflik. Konflik dibatasi pada fakta kasus sumber konflik. Konflik dalam kelompok dapat membantu merevitalisasi norma yang ada, sampai akhirnya muncul aturan baru dalam kelompok tersebut.

4. Konflik out-group (di luar kelompok)

Suatu kelompok sangat mungkin terlibat konflik dengan kelompok yang lain. Positifnya, konflik sosial membantu untuk membuat struktur lingkungan sosial yang lebih luas dengan cara merumuskan kembali relasi yang lebih kuat diantara mereka.

Selain bentuk, menejemen konflik juga harus memperhitungkan tipe situasi konflik yang ada beberapa yakni:

  1. Konflik inter-individu, konflik ini terkait dengan emosional individu.
  2. Konflik antar-individu
  3. Konflik antar-kelompok


Akibat Konflik 

Beberapa akibat konflik menurut William F. Ogburn:

  1. Meningkatkan rasa kesetiakawanan di antar sesama anggota kelompok.
  2. Keretakan hubungan antar-individu atau kelompok yang sedang baku hantam.
  3. Perubahan kepribadian antar-individu sehingga memunculkan rasa benci dan curiga.
  4. Kerusakaan harta benda (bahkan hilangnya nyawa)
  5. Penaklukan salah satu pihak yang terlibat. 


Pengertian Integrasi Sosial

Integrasi sosial yaitu pengendalian atas penyimpangan sosial atau konflik dalam sistem sosial dan penyatuan unsur – unsur yang membuat konflik. Integrasi adalah suatu proses penyesuaian unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan.

Integrasi sosial berarti kondisi kemasyarakatan yang ditandai dengan adanya keutuhan antar anggota masyarakat. Berikut adalah definisi integrasi sosial.


  1. Myron Weyner, integrasi sosial adalah proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan kelompok sosial kedalam satu kesatuan wilayah dan dalam pembentukan suatu identitas nasional. 
  2. Menurut KBBI, intgrasi sosial adalah pembauran sesuatu yang tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. 
  3. Integrasi sosial merujuk pada masuk, menyesuaikan dan meleburnya dua atau lebih hal yang berbeda sehingga menjadi satu.
  4. Integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur – unsur yang berbeda dalam masyarakt sehingga menjadi satu kesatuan. 
  5. Banton mendefinsikan intgrasi sebagai suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan fungsi penting pada perbedaan ras.


Syarat Terjadinya Integrasi Sosial

Integrasi sosial akan berbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut sepakat mengenai struktur kemasyarakatan yang dibangun termsuk nilai – nilai, norma – norma. Menurut Wiliam F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat terjadinya suatu integrasi sosial adalah sebagai beriku:

  1. Anggota – anggota masyarakat merasa bahwa mereka berhasil saling mengisi kebutuhan – kebutuhan mereka. Hal itu berarti kebutuhan fisik dan sosialnya dapat dipenuhi oleh sistem sosial mereka. Terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan tersebut menyebabkan setiap anggota masyarakat saling menjaga keterikatan antara satu dengan yang lainnya.
  2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan bersama mengenai norma dan nila – nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam berinteraksi antara satu dan lainnya, termsasuk menyepakati hal – hal yang dilarang menurut kebudayannya.
  3. Norma – norma dan nilai sosial itu berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan secara konsisten oleh seluruh anggota masyarakat.

Faktor Integrasi Sosial

Suatu integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung pada faktor – faktor berikut:

1. Homogenitas kelompok 

Dalam kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi sosial akan mudah dicapai.

2. Besar kecilnya kelompok

Dalam kelompok yang kecil tingkat kemajemukan anggotanya relatif rendah sehingga integrasi sosialnya akan lebih mudah tercapai.

3. Mobilitas geografis

Anggota kelompok yang baru datang tentu harus menyesuaikan diri dengan identitas masyarakat yang ditujunya. Namun semakin sering anggota masyarakat datang dan pergi, akan semakin sulit pula proses integrasi sosial.

4. Efektivitas komunikasi

Efektivitas komunikasi yang baik dalam masyarkat juga ajan mempercepat integrasi sosial.

Bentuk Integrasi Sosial

1. Integrasi Normatif

Dapat diartikan sebagai sebuah bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma – norma yang berlaku di masyarakat.

2. Integrasi Fungsional

Terbentuknya karena ada fungsi – fungsi tertentu dalam masyarakat. Seuah integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing – masing pihak yang ada dalam sebuah masyarakat.

3. Integrasi Koersif

Integrasi terakhir ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa.