Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Integritas Guru dalam Proses Pembelajaran

Integritas guru adalah pilar utama dalam penyelenggaraan pendidikan di setiap jenjang. Hal tersebut disebabkan karena guru yang berintegritas sangat menentukan suksesnya suatu pendidikan. Guru diibaratkan sebagai nakhoda dalam sebuah pelayaran, pilot dalam sebuah penerbangan, dan supir dalam sebuah perjalanan. Oleh karena itu suksesnya sebuah pendidikan tergantung pada seberapa tinggi integritas guru-gurunya.
Integritas berasal dari kata Latin yaitu dari kata “Integer” yang artinya lengkap ataupun utuh. Jika diartikan dari asal katanya, maka kata integritas dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang utuh dan lengkap yang didasari dengan kualitas, kejujuran, serta konsistensi karakter seseorang. 

Menurut Stanford Encyclopedia of Philosphy, integritas mengacu pada tingkat kejujuran seseorang, komitmen moral dan keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu yang benar.

Istilah integritas ini banyak digunakan didalam berbagai bidang seperti, integritas akademik, integritas hukum, integritas politik dan integritas guru. Integritas akademik mengacu pada bagaimana kejujuran, moral, dan komitmen seseorang dalam bidang akademiknya. 

Misalnya siswa tidak menyontek saat ujian , penulis tidak melakukan tindakan plagiat, Integritas politik mengacu pada bagaimana seorang politikus jujur dalam berpolitik, tetap berkomitmen terhadap janji- janji politik yang telah dibuatnya. 

Integritas hukum mengacu pada bagaimana penegak hukum bisa menegakkan hukum dengan jujur tanpa memandang harta, ras dan warna kulit. Integritas guru mempunyai makna bagaimana tingkat kejujuran, komitmen moral dan keinginan guru untuk berbuat benar dalam melaksanakan perannya dalam dunia pendidikan.

Peran guru dalam pendidikan masih tetap sebagai ujung tombak utama. Peran guru tidak dapat digantikan dengan media apapun. Hal ini dikarenakan guru telibat langsung dalam proses belajar mengajar mengajar yang merupakan tindakan operasional suatu pendidikan. 

Seluruh pelaksanakan strategi, media, dan metode pembelajaran dikemudikan oleh guru. Disamping itu, dalam pembelajaran banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi, yang terlibat didalamnya.

Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005, tugas guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Untuk bisa memenuhi tugas dan perannya sebagaimana telah dikemukakan diatas bukankah hal yang mudah. Untuk itu diperlukan suatu integritas yang tinggi dari seorang guru. Integritas yang tinggi adalah komitmen yang muncul dari dalam diri seorang guru melaksanakan tugasnya dengan benar. Integritas guru tidak muncul dengan sendirinya untuk tetapi harus dibentuk, dibangun dengan kesadaran yang tiinggi pula.

Berdasarkan paparan di atas, makalah ini mencoba memecahkan dan menyajikan beberapa cara membangun integritas guru terutama guru di Sekolah Mennengah Atas. Disamping itu juga makalah ini juga memberikan beberapa cara menilai integritas pada seorang guru.

Untuk membahas bagaimana membentuk integritas guru dan mengevaluasi integritas gur, ada beberapa teori yang digunakan dalam makalah ini yaitu: teori Palmer sebagai dasar pijakan pentingnya integritas dan model-model integrtas guru menurut Suparno (2015) serta instrumen evaluasi integritas yang diajukan Danim (2011).

Kata Integritas sudah dikenal sejak zaman dahulu. Integritas berasal dari bahasa Yunani yaitu “integer” yang bermakna “lengkap atau penuh”. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mendefinisikan integritas sebagai mutu, sifat, dan keadaan yang menggambarkan kesatuan yang utuh
sehingga memiliki kemampuan memancarkan kewibawaan dan kejujuran.

Menurut Sir Thomas More (1633) integritas mengacu pada “the wholeness atau the completeness”. Sementara Encyclopedia Philosopy mendefinisikan makna yang lebih dalam dari kata Integritas yaitu berhubungan dengan “ nilai kebajikan atau moral” . Karena menggunakan istilah moral, ini berarti bahwa integritas berhubungan dengan kualitas karakter seseorang.

Paul J. Meyer menyatakan bahwa “integritas itu nyata dan terjangkau dan mencakup sifat seperti: bertanggung jawab, jujur, menepati kata-kata, dan setia. Jadi, saat berbicara tentang integritas tidak pernah lepas dari kepribadian dan karakter seseorang, yaitu sifat-sifat seperti: dapat dipercaya,
komitmen, tanggung jawab, kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan.

Sesuai dengan beberapa definisi yang dikemukakan di atas, maka integritas guru adalah tingkat kejujuran, komitmen moral dan keinginan serta upaya guru untuk menjadi pribadi yang utuh dan tepadu dalam melaksanakan tugasnya secara baik. 

Integritas seorang guru sangat berpengaruh dalam suksesnya suatu pembelajaran. Hal ini dikemukan oleh Parmer dalam bukunya the Caurage to Teach ( 2007:10) menuliskan “good teaching can not be reduced to technique, good teaching comes from the identity and integrity of the teacher”. Dalam bukunya Palmer percaya bahwa pengajaran yang bagus itu bukanlah dihasilkan dari suatu teknik yang bagus, tetapi dari seorang guru yang berintegritas. 

Guru yang berintegritas bisa menyatukan dirinya, pelajaran dan siswanya sebagai suatu rangkaian pembelajaran . Di ibaratkan seperti orang menenun, guru yang berintegritas dapat menyatukan hal-hal yang komplek dalam suatu kesatuan yang manifestasinya dapat dilihat dalam kehidupannya.

Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara maksimal melalui penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik materi yang disampaikan juga memiliki nilai dan karakteristik tertentu yang mendasari materi tersebut. 

Oleh karena itu , tugas guru selain menyajikan materi guru juga bertanggungjawab mengembangkan watak dan sifat yang mendasari dalam matapelajaran itu sendiri .Untuk melaksanakan tugasnya itu, guru harus memiliki integritas yang diharapkan dapat mendukung pelaksanaan tugasnya dalam pembelajaran.

Seorang guru yang berintegritas tercermin dalam sikap dan kelakukannya sehari-hari baik saat mengajar, berinteraksi dengan siswa, teman sejawat ataupun masyarakat. 

Beberapa sikap yang mencerminkan seorang guru mempunyai integritas yang baik sebagaimana disampaikan oleh Suparno (2015) di antaranya: 
  1. Memiliki kejujuran akedemik, 
  2. Terus belajar sehingga menjadi professional 
  3. Mengembangkan SQ, EQ, dan IQ dalam hidup 
  4. Tanggung jawab dalam tugas dan panggilan 
  5. Tepat waktu dan janji 
  6. Konsisten dengan apa yang dikatakan dan yang dipikirkan, 
  7. Konsekuen dengan apa yang dibuat 8. Saling terbuka dengan teman 
  8. Selalu refleksi dengan apa yang dibuat 
  9. Membangun relasi dengan Tuhan 
  10. Memastikan apa yang dilakukan tidak melanggar kode etik 
  11. Teladan dan integritas 
  12. Berani saling menegur dan mengungkapkan ketidakberesan, 
  13. Jujur antara guru dan siswa 
  14. Berani mengakui kesalahan 
  15. Berani berterus terang.


Membentuk Integritas Guru

Memiliki kejujuran akedemik. Dunia guru adalah dunia akademis yaitu suatu dunia yang dalam kesehariannya selalu melibatkan urusan- urusan akademis di dalamnya. Bentuk dari urusan akademis ini misalnya pembuatan laporan, penulisan karya, penilaian siswa, dan sebagainya. Semua hal-hal yang bernuansa akademis harus dilakukan secara jujur dan tidak melanggar etika profesional. Diperlukan etika profesional seperti tidak melakukan plagiasi dalam membuat laporan, karya ilmiah, PTK, dan sebagainya. Kasus penjiplakan terhadap karya tulis sering dilansir media massa sehingga perlu diatasi dengan menerbitkan jurnal- jurnal ilmiah melakukan kerjasama antara pemerintah dan perguruan tinggi. Guru harus menyadari hal ini sebagai salah satu realisasi dari integritasnya.

Terus belajar sehingga menjadi professional. Tantangan dunia pendidikan masa depan yang semakin kompetitif mengharuskan guru untuk meningkatkan integritas di bidang profesionalnya. Perkembangan masyarakat beserta kebudayaannya sekarang ini semakin mengalami percepatan serta meliputi seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia . Percepatan perubahan itu terutama terjadi karena pekembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Guru masa kini harus berpacu dengan perubahan zaman yang ditandai dengan pesatnya masyarakat memasuki dunia
informasi (information-based society). Masyrakat modern dituntut untuk mampu mengakses informasi dalam waktu cepat ( Suroso 2002:165).

Dengan demikian guru selaku pelaku pendidikan yang terlibat langsung dalam pembelajaran harus senantiasa memperbaharui ilmu untuk memungkinkan anak didiknya bertarung menghadapi tantangan dunia pendidikan yang seperti itu.

Mengembangkan SQ, EQ, dan IQ dalam hidup. SQ (Spritual Quotient) adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilainilai positif. EQ (Emosional Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, mengelola, serta mengontrol emosi dalam dirinya dan orang lain di sekitarnya. IQ (Intelectual Quotient) adalah sejumlah kemampuan yaitu kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa dan belajar.

SQ merupakan kecerdasan rohaniah yang menuntun kita untuk utuh. Bagi seorang guru kecerdasan sprtitual ini sangat penting dalam menengembangkan dirinya menjadi pribadi yang utuh. Beberapa indikator kecerdasan spritual yang harus dimiliki supaya mnjadi pribadi yang utuh menurut Zohar dan Marshal dalam Sukmadinata ( 2003:98) adalah kemampuan menjadi fleksibel, kesadaran diri yang tinggi, menghadapi dan menggunakan serangan, menghadapi rasa sakit, kualitas untuk terilhami visi dan nilai, enggan menghadapi hal yang merugikan, kecenderungan melihat dalam hal yang berbeda, kecenderungan untuk bertanya, mengapa, mencari jawaban dan mandiri.

Seorang guru perlu menumbuhkan kecerdasan emosinya karena dunia guru adalah dunia interaksi dengan orang lain yaitu siswanya. EQ Seorang guru perlu ditumbuhkan supaya bisa memahami karakter peserta didik yang bermacam-macam. Tidak semua siswa memiliki kesiapan belajar sebagaimana yang diharapkan. Hal-hal yang tidak diinginkan juga terjadi dalam pembelajaran. Seperti siswa yang malas, nakal, dan suka mengganggu teman-temannya. Hal ini wajar tejadi karena kondisi siswa yang bermacam-macam dengan masalah keluarga dan sosial yang bervariasi.

Kemampuan emosional guru sangat penting dalam menangani masalah yang timbul dalam pembelajaran. Bukti-bukti menunjukkan bahwa keberhasilan pendidikan seseorang 80% nya ditentukan oleh EQ (Zamroni 2000: 130). Dengan demikian, memiliki EQ guru mampu memahami siswa yang memiliki pribadi-pribadi yang komplek dan mengatasinya.

IQ adalah kemampuan intelektual seseorang terkait dengan kecerdasan mental atau pikirannya. Guru harus memiliki IQ yang memadai sehingga dapat menciptakan sebuah pembelajaran yang berkualitas. IQ yang memadai dari seorang Seorang guru dilihat dari kemampuan profesionalnya. Seorang guru Matematika harus memiliki kemampuan Matematika yang baik, seorang guru Bahasa Inggris harus memiliki kemampun Bahasa Inggris yang memadai. Dengan demikian guru bisa mengajar dibidang dengan baik juga.

Tepat waku dan janji. Tidak dipungkiri satu-satunya hal yang tidak bisa digantikan didunia ini adalah waktu. Waktu adalah masa yang terus bergulir. Banyak sekali pepetah yang menyatakan pentingnya waktu, seperti “ waktu adalah uang”, dan “”waktu adalah pedang”. Semua pepatah ini bertujuan mengungkapkan kepada kita tentang pentingnya waktu. Membentuk kesadaran terhadap penggunaan waktu yang efektif merupakan bagian dari integritas guru. Beberapa hal yang perlu dilakukan guru tekait dengan tepat waktu ini adalah: datang tepat pada waktunya saat mengajar, keluar kelas juga tepat pada waktu yang ditetapkan. Dan yang terpenting dari semua itu adalah memanfaatkan waktu seefektif mungkin dalam kelas saat mengajar. Waktu yang telah dialokasi untuk mengajar sepantasnya digunakan untuk mengajar dan membimbing siswa, bukan melakukan hal-hal lain seperti: membuka facebook, bermain game, melihat online shopping dan lain-lain.

Konsisten dengan apa yang dikatakan dan yang dipikirkan. Konsisten itu sendiri bermakna menetapkan suatu gagasan secara tatap atau tidak berubah ubah. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan konsisten sebagai “ tetap, tidak berubah- ubah, taat azas, ajeg, selaras antara perbuatan dan kehendaknya. Jadi konsisten pada seorang guru merupakan realisasi dari setiap rencana, usaha dan perbuatan perbuatan baik yang terus dilakukan guru yang dilaksanakan secara terus-menerus tanpa mengenal lelah. Misalnya seorang guru yang berkeinginan membimbing siswanya supaya bisa berprestasi dalam mata pelajarannya hendaknya membimbing siswa tersebut secara terus-menerus, bukan satu saat saja.

Memang hal ini sangat susah dan butuh kesabaran, tetapi merupakan sumber motivasi untuk melakukan hal-hal lain yang bermanfaat selanjutnya. Teoretikus terkenal seperti Leon Festiger, Fritz Hieder dan Theodore NewComb berpendapat bahwa keinginan untuk konsisten merupakan pusat motivator tingkah laku kita ( Cialdini 2005: 63). Selanjutnya Leonardo Da Vinci juga megemukakan “lebih mudah bertahan diawal daripada di akhir”. 

Ini menunjukkan makna bahwa konsistensi itu perlu dipertahankan dan merupakan pusat motivator kita untuk hal-hal lain yang lebih baik. Konsisten yang yang baik akan membentuk sebuah kebiasan yang baik. Karena prinsipnya, semua yang dilakukan secara konsisten akan membentuk sebuah pembiasan, dan pembiasan itu akan melekat menjadi sebuah karakter yang baik. 

Demikian juga Pembelajaran atau pembinaan akan berhasil bila dilakukan secara rutin dan kontinue. Bila dilaksanakan hanya sekilas, tidak ada bekas yang tertinggal dan akhirnya kebiasaan lama yang tidak baik akan kembali kepada siswa. Saling terbuka dengan teman. Untuk menghidupkan integritasnya guru tidak mungkin bekerja hanya dengan dirinya sendiri, tetapi juga harus bekerjasama dengan guru yang lainnya. Hal ini terjadi karena dari sisi kebutuhan siswa guru tidak mungkin melayaninya seorang diri. 

Untuk memandu proses pembelajaran, guru dibantu oleh sejumlah petugas lain yaitu teman sejawat. Teman sejawat ini terdiri dari guru lainnya, guru BK, pustakawan, laboran dan teknisi sumber belajar. Teman sejawat ini adalah rekan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Kerjasama ini diwujudkan
dengan sikap saling tebuka terhadap masalah yang dihadapi siswa. Terkait masalah yang dihadapi oleh guru itu sendiri dalam bidang profesionalnya.

Kerjasama dan keterbukaan bisa dibangun dengan pembentukan forumforum diskusi guru atau semacam MGMP bagi guru. Disini guru membahas materi yang dirasa sulit, membahas metode dan teknik mengajar dan cara menghadapi berbagai pesrsoalan siswa. tanpa harus merasa malu atau enggan. Guru bersama rekannya juga hendaknya saling berbagi pengalaman dan ilmu demi terciptanya pmbelajaran yang bermutu.

Selalu refleksi tentang apa yang dibuat. Refleksi diartikan sebagai tinjauan ulang terhadap suatu aktifitas yang telah dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan untuk memantau proses, kemajuan, hasil dan perbaikan proses pembelajaran oleh guru secara berkesinambungan. Secara umum refleksi dapat dilakukan oleh guru sendiri, sejawat, atasan, pengawas, atau masyrakat.Dengan demikian, akan terkumpul data ataupun informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, pengelolaan dan pengembangan profesional guru itu sendiri. Fokus evaluasi diri menurut Danim (2011:162) dilakukan baik dengan perenungan,simulasi, uji kemampuan diri, mengoreksi diri sendiri, merespon umpan balik dari siswa atau teman sejawat terhadap dirinya. 

Membangun relasi dengan Tuhan. Guru harus membentuk dirinya menjadi seorang pribadi yang memiliki sikap spritual yang baik. Sikap spritual ini dilihat dari ketaatan, ketagwaan dan kepada Tuhan yang maha Esa.

Relasi dengan tuhan adalah sebuah hubungan keimanan yang kuat yang ditanamkan dalam dirinya kepada Tuhan yang maha Esa. Relasi yang kuat dengan Tuhan dapat dilihat dari kesungguhan guru dalam beribadah dan menjalankan ajaran yang dianutnya.

Tidak melanggar kode etik. Kode etik adalah kumpulan norma-norma yang merupakan pedoman perilaku profesional dalam melaksanakan profesi. Kode etik guru adalah suatu norma atau aturan tata susila yang mengatur tingkah laku guru ( Saondi 2010: 13). Beberapa kode etik guru yang dikemukakan dalam pokok-pokok kepegawaian pasal 28 adalah: berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya melaksanakan kejujuran profesonal, berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan,  menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya, memelihara hubungan baik dengan orang tua murid, dan masyrakat sekitarnya, bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya, memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial, bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian, guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Teladan dan integritas. Guru harus menjadi teladan bagi semua unsur dalam pendidikan terutama dengan anak didiknya. Keteladanan guru dapat ditonjolkan dari sifat-sifat yang mencerminkan profesionalnya. Diantara ciriciri yang dapat diambil sebagai teladan dari cermin profesional seorang guru seperti yang dikemukakan oleh Fathurrahman (2012:115) adalah memperhatikan lingkungan sekolah tempat dia bekerja, mengembangkan cara berpikir ilmiah (berpikir berdasarkan data), guru sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam arti guru harus ahli dalam bidangnya, guru mengorganisasi proses belajar murid, guru perlu membangun citra positif tentang dirinya, guru juga harus menjadi dan bersifat humanis, dalam arti disamping seorang guru dia juga bertindak sebagai seorang manusia biasa.

Guru juga harus menaruh hormat kepada siswanya karena hal tersebut akan menentukan persepsi siswa tentang kemampuan guru menciptakan atmosfer belajar yang kondusif di dalam kelas. Dengan demikian siswa akan berani bertanya, memberi komentar dan melakukan pembicaraan face to face
dengan guru.

Berani saling menegur dan mengungkapkan ketidakberesan. Keberanian untuk menegur dan mengungkapkan hal-hal yang tidak beres saperlu dibentuk oleh seorang guru yang berintegritas. Hal ini dimaksudkan supaya terciptanya suasan belajar yang kondusif sekolah atau dikelas guru bertugas. Misalnya ketika guru menemukan ada siswa yang bersikap tidak wajar seperti acuh terhadap pelajaran, mengganggu teman, atau mengganggu suasana belajar dikelas, guru tidak boleh membiarkannya begitu saja. Tetapi harus berani menegur dan memberikan arahan berupa pembinaan kearah yang lebih baik.

Jujur antara guru dan siswa .Sikap jujur perlu dibina antara guru dan siswa. Penanaman kejujuran terhadap peserta didik adalah dipengaruhi oleh semua aspek yang ada di sekolah yaitu kepala sekolah , dan guru dan siswa. Tapi hal yang paling utama sikap jujur harus dimiliki oleh seorang guru. Hal ini dikarenakan guru merupakan orang yang selalu bertemu dengan peserta didik. Jadi tugas-tuga menanamkan kejujuran pada siswa ditentukan oleh guru. Guru harus bercermin dulu pada dirinya sendiri, apakah sudah cukup jujur. Misalnya dalam menyampaikan materi, apakah materi ini sudah benar disampaikan atau disampaikan hanya sedekarnya untuk menghabiskan waktu. Kemudian guru juga harus menanamkan kejujuran supaya siswa tidak menyontek dalam ujian atau pun tidak sekedar mengopi tugas-tugasnya. Kalau hal ini ketahuan, guru harus mengambil sikap, seperti menegur dan memberi sanksi.

Berani mengakui kesalahan. Tidak ada manusia yang luput dari kesalahan. Demikian juga seorang guru. Dalam melaksanakan tugaskan pasti melkukan kesalahan dan kesilapan baik terhadap siswa, kepala sekolah, teman sejawat ataupun masyarakat. Keslahan guru bisa tejadi saat mengajar. Misalnya, ada materi –materi yang salah disampaikan ataupun tidak sesuai sebagaimana aturannya. Guru harus berani berterus terang dengan memperbaiki kesalahan yaang dilakukan itu pada pertemuan berikutnya. Kesalahan lain yang mungkin dilakukan guru adalah saat memberi nilai pada sisiwa. Kesalahan yang sudah diketahui harus diakui dan diperbaiki.