Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Metode Role Playing (Bermain Peran): Pengertian, Tahapan-tahapan Pelaksanaan, Kelebihan dan Kekurangannya

Pengertian Metode Role Playing (Bermain Peran)

Metode Role Playing adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan inajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung pada apa yang diperankannya.
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris ,metode mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang diajar. Menurut B. Suryosubroto metode pembelajaran adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Sebagai sebuah cara atau alat, maka akan sangat tergantung kepada keterampilan pemakainnya serta kondisi dan keadaan yang dihadapi. Untuk mencapai tujuan tertentu, maka sebuah alat harus difungsikan dengan baik oleh pemakainya. Dalam hal ini guru sebagai orang yang menggunakan alat atau metode dalam mengajar harus memilih metode yang tepat dalam pembelajaran.

Salah satu metode dalam proses belajar mengajar adalah bermain peran (role playing). Role playing sebagai suatu metode mengajar merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang peran dalam kelompok. Di dalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat sehingga murid-murid bisa mengenali tokohnya.

Sementara itu bermain peran memiliki empat macam arti, yaitu :

  1. Sesuatu yang bersifat sandiwara, dimana pemain memainkan peranan tertentu, sesuai dengan lakon yang sudah ditulis, dan memainkannya untuk tujuan hiburan.
  2. Sesuatu yang bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma sosial.
  3. Suatu perilaku tiruan atau tipuan dimana seseorang berusaha memper bodoh oranglain dengan jalan berperilaku yang berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan dan diinginkan.
  4. Sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dimana individu memerankan situasi yang imajinatif. 

Bermain peran (role playing) adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkap kembali perjuangan para pahlawan kemerdekaan atau mengungkap kemungkinan keadaan yang akan datang.


Tujuan-tujuan dalam role playing, sesuai dengan jenis belajar, yaitu : (1) belajar dengan berbuat, (2) belajar melalui peniruan, (3) belajar melalui balikan, dan (4) belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan.

Tahap-tahap Penggunaan Metode Role Playing (Bermain Peran)

Tahap-tahap bermain penggunaan metode Role Playing (Bermain Peran) dapat dilihat sebagai berikut:

  1. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosial yang menarik perhatian siswa untuk dibahas (Menentukan Tema).
  2. Ceritakan kepada kelas (siswa) mengenai isi dari masalah-masalah dalam konteks cerita tersebut.
  3. Tetapkan siswa yang dapat atau yang bersedia untuk memainkan peranannya di depan kelas
  4. Jelaskan kepada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu bermain peran berlangsung.
  5. Beri kesempatan kepada para pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum mereka memainkan peranannya.
  6. Akhiri bermain peran pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.
  7. Akhiri bermain peran dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan masalah persoalan yang ada pada bermain peran tersebut.
  8. Jangan lupa menilai hasil bermain peran sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut.

Prosedur teknis dari Role Playing adalah sebagai berikut:

  1. Buatlah satu permainan peran dimana guru akan mendemonstraikan perilaku yang diinginkan.
  2. Informasikan kepada kelas bahwa guru akan memainkan peran utama dalam bermain peran ini. Pekerjaan siswa adalah membantu guru berhubungan dengan situasi.
  3. Mintalah relevan siswa untuk bermain peran menjadi orang lain dalam situasi ini. Guru memberi siswa itu catatan pembukaan untuk dibaca guna membantunya atau membawa masuk pada peran. Mulailah bermain peran, tetapi berhentilah pada interval yang sering dan mintalah kelas untuk memberi feedback dan arah seperti kemajuan skenario. Jangan ragu menyuruh siswa untuk memberikan garis khusus bagi guru untuk digunakan.
  4. Teruskan bermain peran sampai siswa secara meningkat melatih guru dalam bagaimana menangani situasi. Hal ini memberikan siswa latihan keterampilan ketika guru melakukan peran yang sebenarnya untuk mereka.

Dalam menyiapkan suatu situasi Role Playing di dalam kelas, guru mengikuti langkah langkah sebagai berikut:

1. Persiapan dan instruksi


  • Guru memiliki situasi bermain peran Situasi-situasi masalah yang dipilih harus menjadi “sosiodrama” yang menitikberatkan pada jenis peran, masalah dan situasi familier, serta pentingnya bagi siswa. Keseluruhan situasi harus dijelaskan, yang meliputi deskripsi tentang keadaan peristiwa, individu-individu yang dilibatkan, dan posisi-posisi dasar yang diambil oleh pelaku khusus. Para pemeran khusus tidak didasarkan kepada individu nyata di dalam kelas, hindari tipe yang sama pada waktu merancang pemeran supaya tidak terjadi gangguan hak pribadi secara psikologis dan merasa aman.
  • Sebelum pelaksanaan bermain peran, siswa harus mengikuti latihan pemanasan, latihan-latihan ini diikuti oleh semua siswa, baik sebagai partisipasi aktif maupun sebagai para pengamat aktif. Latihan-latihan ini dirancang untuk menyiapkan siswa, membantu mereka mengembangkan imajinasinya dan untuk membentuk kekompakan kelompok dan interaksi. Misalnya latihan pantomim.
  • Guru memberikan intruksi khusus kepada peserta bermain peran setelah memberikan penjelasan pendahuluan kepada keseluruhan kelas. Penjelasan tersebut meliputi latar belakang dan karakterkarakter dasar melalui tulisan atau penjelasan lisan. Para peserta (pemeran) dipilih secara sukarela. Siswa diberi kebebasan untuk menggariskan suatu peran. Apabila siswa telah pernah mengamati suatu situasi dalam kehidupan nyata maka situasi tersebut dapat dijadikan sebagai situasi bermain peran. Peserta bersangkutan diberi kesempatan untuk menunjukkan tindakan /perbuatan ulang pengalaman. Dalam brifing, kepada pemeran diberikan deskripsi secara rinci tentang kepribadian, perasaan, dan keyakinan dari para karakter. Hal ini diperlukan guna membangun masa lampau dari karakter. Dengan demikian dapat dirancang ruangan dan peralatan yang perlu digunakan dalam bermain peran tersebut.
  • Guru memberitahukan peran-peran yang akan dimainkan serta memberikan instruksi-instruksi yang bertalian dengan masing-masing peran kepada audience. Para audience diupayakan mengambil bagian secara aktif dalam bermain peran itu. Untuk itu, kelas dibagi dua kelompok, yakni kelompok pengamat dan kelompok spekulator, masing-masing melaksanakan fungsinya. Kelompok I bertindak sebagai pengamat yang bertugas mengamati: (1) perasaan individu karakter, (2) karakter-karakter khusus yang diinginkan dalam situasi dan (3) mengapa karakter merespons cara yang mereka lakukan. Kelompok II bertindak sebagai spekulator yang berupaya menanggapi bermain peran itu dari tujuan dan analisis pendapat. Tugas kelompok ini mengamati garis besar rangkaian tindakan yang telah dilakukan oleh karakter-karakter khusus.

2. Tindakan Dramatik dan Diskusi


  • Para aktor terus melakukan perannya sepanjang situasi bermain peran, sedangkan para audience berpartisipasi dalam penugasan awal kepada pemeran.
  • Bermain peran khusus berhenti pada titik-titik penting atau apabila terdapat tingkah laku tertentu yang menuntut dihentikannya permainan tersebut.
  • Keseluruhan kelas selanjutnya berpartisipasi dalam diskusi yang terpusat pada situasi bermain peran. Masing-masing kelompok audience diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil observasi dan reaksi-reaksinya. Para pemeran juga dilibatkan dalam diskusi tersebut. diskusi dibimbing oleh guru dengan maksud berkembang pemahaman tentang pelaksanaan bermain peran serta bermakna langsung bagi hidup siswa, yang pada gilirannya menumbuhkan pemahaman baru yang berguna untuk mengamati dan merespons situasi lainnya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Evaluasi Bermain Peran


  • Siswa memberikan keterangan, baik secara tertulis maupun dalam kegiatan diskusi tentang keberhasilan dan hasil-hasil yang dicapai dalam bermain peran. Siswa diperkenankan memberikan komentar evaluative tentang bermain peran yang telah dilaksanakan, misalnya tentang makna bermain peran bagi mereka, cara-cara yang telah dilakukan selama bermain peran, dan cara-cara meningkatkan efektivitas bermain peran selanjutnya
  • Guru menilai efektivitas dan keberhasilan bermain peran. Dalam melakukan evaluasi ini, guru dapat menggunakan komentar evaluatif dari siswa, catatan-catatan yang dibuat oleh guru selama berlangsungnya bermain peran. Berdasarkan evaluasi tersebut, selanjutnya guru dapat menentukan tingkat perkembangan pribadi, sosial dan akademik para siswanya.
  • Guru membuat bermain peran yang telah dilaksanakan dan telah dinilai tersebut dalam sebuah junal sekolah (kalau ada), atau pada buku catatan guru. Hal ini penting untuk pelaksanaan bermain peran atau untuk berkaitan bermain peran selanjutnya.


Kelebihan Metode Role Playing (Bermain Peran) dalam Pembelajaran

Dalam metode ini ada beberapa keuntungan yaitu:

  1. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh;
  2. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda;
  3. Guru dapat mengevaluasi pemahaman setiap siswa melalui pengamatan pada saat melakukan permainan;
  4. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

Metode bermain peran mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:

  1. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
  2. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
  3. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.
  4. Kerja sama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
  5. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
  6. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Kekurangan Metode Role Playing (Bermain Peran) dalam Pembelajaran


  1. Sebagaian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif.
  2. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pemahaman isi bahan pelajaran maupun pada pelaksanaan pertunjukan.
  3. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas.
  4. Sering kelas lain terganggu oleh suara pemain dan penonton yang kadang-kadang bertepuk tangan dan sebagainya.