Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Usaha Mempersiapkan, Merebut, dan Mempertahankan Kemerdekaan RI

Usaha Mempersiapkan Kemerdekaan RI

Pembentukan BPUPKI

1 Maret 1945, panglima tantara Jepang Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya badan untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang diberi nama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai) yang disingkat menjadi BPUPKI.  Badan ini baru benar-benar diresmikan pada tanggal 29 April 1945 dilangsungkan di Cuo Sangi In, Jalan Pejambon (sekarang Gedung Departemen Luar Negeri), Jakarta.

Badan ini dibentuk bertujuan untuk meredam semangat nasional Indonesia agar tidak membahayakan kedudukan Jepang. BPUPKI bertugas menyelidiki dan mempelajari hal penting tentang masalah tata pemerintahan atau pembentukan Negara Indonesia merdeka. BPUPKI diketuai oleh Dr. .K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat dan didampingi wakilnya yaitu Ichibangase Yoshio (orang Jepang) dan Raden Pandji Soeroso. Badan ini beranggotakan 67 orang.

Sidang BPUPKI

BPUPKI melaksanakan dua kali sidang untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. yaitu 29 Mei – 1 Juni 1945 dan sidang kedua pada tanggal 10 Juli – 17 Juli 1945. Hasil dari sidang BPUPKI yang pertama adalah perumusan sebuah dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila.

Ada tiga pembicara yang merupakan tokoh-tokoh nasionalis yang membicarakan gagasan dasar negara. Tokoh tersebut yaitu Mr. Mohammad Yamin, Prof. Dr. Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Sidang berlangsung cukup rumit karena membahas hal yang sangat penting untuk Indonesia kedepannya. Akhirnya dibentuk panitia khusus yang bertugas merumuskan hal tersebut. Dengan anggota 9 orang dan diketuai oleh Ir. Soekarno. Lalu panitia 9 ini telah menyepakati rumusan dasar negara dengan nama Piagam Jakarta yang menjadi cikal bakal Pancasila.

Lalu untuk sidang kedua BPUPKI membahas mengenai rancangan undang-undang dasar (UUD), bentuk negara, pernyataan merdeka, wilayah negara dan kewarganegaraan Indonesia. Dalam sidang ini juga dibuat panitia-panitia kecil untuk perancangan undang-undang dasar yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan untuk pembelaan tanah air yang diketuai oleh AbikoesnoTjokrosoejoso, selain itu ada pula panitia kecil yang dibentuk untuk membahas ekonomi dan keuangan yang diketuai oleh Mohamad Hatta.

Setelah itu dilaksanakan rapat penentuan wilayah Indonesia merdeka yaitu meliputi wilayah Hindia Belanda ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis dan pulau-pulaudisekitarnya. Kemudianpanitiaperancang UUD melaksanakan rapat pada tanggal 13 Juli 1945. Lalu diadakan rapat pleno BPUPKI untuk menyampaikan hasil rapat panitia perancang UUD. Terdapat 3 hal pokok yang harus masuk dalam UUD 1945 yakni pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan UUD dan batang tubuh UUD.

Pada akhirnya BPUPKI dibubarkan oleh pemerintah Jepang pada tanggal 7 Agustus 1945 karenadianggap telah selesai tugasnya. Lalu BPUPKI digantikan dengan PPKI atau panitia persiapan kemerdekaan Indonesia.

Terbentuknya PPKI

Jepang semakin mengalami kemunduran dalam perang Asia Timur Raya. Komando Tentara Jepang wilayah selatan mengadakan rapat dan dalam rapat itu disepakati bahwa Indonesia akan diberi kemerdekaan pada tanggal 17 September 1945. Keadaan Jepang semakin kritis karena pada 6 Agustus 1945, Kota Hirosima dibom atom oleh Amerika Serikat. Menghadapi situasi tersebut, Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai atau PanitiaPersiapan Kemerdekaan Indonesia yang disingkat menjadi PPKI. Dibentuknya PPKI yaitu pada tanggal 7 Agustus 1945.

PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Tujuan atau tugas PPKI adalah melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.  PPKI beranggotakan 21 orang yang anggotanya berasal dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. yang membedakan PPKI dengan BPUPKI yaitu anggotanya tidak ada campur tangan Jepang.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 Jenderal Terauchi memanggil Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Widyodiningrat untuk pergi keDalat, Saigon (Vietnam). Terdapat dua agenda penting dalam pertemuan tersebut, yaitu:

  1. Tentang waktu Indonesia merdeka
  2. Pembahasan kembali batas-batas wilayah Indonesia merdeka.

Setelah diadakan pembahasan, disetujui bahwa kemerdekaan Indonesia akan diumumkan secara resmi setelah sidang PPKI yang direncanakan tanggal 18 Agustus 1945.

Usaha Merebut Kemerdekaan RI

Pada 14 Agustus 1945 rombongan dari Saigon (Vietnam) kembali ke tanah air. Lalu golongan muda mendengar desas-desus mengenai Jepang yang sudah dibom untuk kedua kalinya di kota Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh Amerika Serikat. Dan Jepang sudah menerima ultimatum dari sekutu untuk menyerah tanpa syarat. Berita tersebut menyebar dengan cepat di kalangan golongan muda. Lalu Sutan Sjahrir menemui Moh. Hatta menceritakan keadaan Jepang dan mendesak agar segera memproklamasikan kemerdekaan di luar kerangka PPKI. Namun golongan tua menolak usulan tersebut.

Perbedaan pendapat antara golongan muda dan golongan tua menyebabkan terjadinya peristiwa Rengas Dengklok. Golongan tua tetap berpegang teguh pada kesepakatan bersama Jenderal Terauchi bahwa proklamasi tetapdilaksanakan 18 Agustus 1945. Karena menurut Soekarno dan Moh. Hatta jikadilakukan di luar kesepakatan, maka akan menyebabkan pertumpahan darah karena masih banyak tantara Jepang yang masih berkeliaran di Indonesia. Sedangkan golongan muda menghendaki proklamasi dilakukan secepatnya, paling lambat 16 Agustus 1945.

Sutan Sjahrir kemudian pergi ke Menteng Raya (markas para pemuda) dan bertemu para pemuda seperti Sukarni, BM. Diah, Sayuti Melik. Ia menyampaikan hal-hal yang telah dibahas bersama Soekarno dan Moh. Hatta. Mendengar kabar tersebut lalu golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada 15 Agustus 1945, pukul 20.00 WIB. Para pemuda yang hadir yaitu: Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Rapat dipimpin oleh Chairul Saleh dan menghasilkan keputusan tuntutan-tuntutan golongan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak bisadigantungkan pada siapapun.

Hasil dari rapat tersebut disampaikan oleh Wikana dan Darwis kepada Soekarno pukul 22.00 WIB. Namun Bung Karno tetap menolak tuntutan golongan muda. Para pemuda kembali mengadakan rapat dan membahas tindakan-tindakan yang akan dibuat karena penolakan Soekarno dan Hatta. Para pemuda memutuskan untuk membawa mereka ke luar kota, yaitu Rengas Dengklok. Karena jika Soekarno-Hatta tetap berada di Jakarta, mereka akan ditekan oleh Jepang dan akan dihalangi untuk meproklamasikan kemerdekaan.

Pada 16 Agustus 1945, pukul 4.00 WIB, penculikan (menurut versi golongan tua) dilaksanakan. Di Rengas Dengklok inilah Soekarno didesak untuk memproklamasikan kemerdekaan. Namun beliau tetap menolak karena menganggap berita yang dibawa para pemuda bukan merupakan berita resmi dari Jepang. Lalu Ahmad Subardjo sibuk mencari informasi kebenaran tentang penyerahan Jepang kepada sekutu yang tiba-tiba dikagetkan dengan hilangnya Soekarno-Hatta.

Ahmad Subardjo mengetahui keberadaan Soekarno-Hatta dari Wikana, lalu Ia langsung datang ke Rengas Dengklok. Lalu meyakinkan kepada para pemuda bahwa proklamasi pasti akan diucapkan keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945. Karena itu, Soekarno-Hatta dibawa kembali ke Jakarta. Kemudian Ahmad Subardjo menghubungi Laksamana Muda Maeda. Maeda menawarkan rumahnya dijadikan tempat yang aman dan terlindungi untuk menyusun naskah proklamasi Kemerdekaan Proklamasi Republik Indonesia.

Naskah teks proklamasi ditulis di kediaman Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No.1, Jakarta. Setelah itu pelaksanaan pembacaan teks proklamasi, lalu bendera merah putih dikibarkan oleh Suhud dan Latief Hendradiningrat. Namun secara spontan peserta semua menyanyikanlagu Indonesia Raya. Dan rangkaian terakhir acara yaitu sambutan oleh wakil kota Jakarta Suwirjo dan dr. Muwardi.  Peristiwa ini berlangsung kurang dari satu jam, namun pengaruhnya sangat besar untuk bangsa Indonesia.

Upaya Mempertahankan Kemerdekaan

Setelah kekosongan pemerintahan oleh Jepang membuat Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Namun pasca kemerdekaan banayak sekali peristiwa yang terjadi seperti kedatangan tentara sekutu yang diboncengi NICA. Tentara AFNEI bersama NICA sampai ke Indonesia pertama kali pada tanggal 16 September 1945 di Tanjung Priok dengan tujuan ingin menegakkan kekuasaan Belanda lagi Indonesia. Dengan demikian Indonesia melakukan berbagai tindakan untuk mempertahankan kemerdekaan,  yaitu salah satunya dengan adanya pertempuran bersenjata atau fisik sebagai berikut:

1. Pertempuran Surabaya


Pertempuran arek-arek Surabaya dengan pihak Sekutu bersama NICA diawali oleh insiden bendera di Hotel Yamato, Surabaya, tanggal 19 September 1945. Seorang tentara Belanda menurunkan bendera Indonesia dan diganti dengan bendera Belanda.  Hal ini menyulut kemarahan arek-arek Surabaya sehingga menurunkan bendera Belanda dan merobek warna biru agar menjadi warna bendera Indonesia. Selain peristiwa itu, kedatangan pasukan Sekutu ke Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 yang dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby memicu kemarahan arek-arek Surabaya karena sekutu dan NICA telah membebaskan para tahanan di Kalisosok. Hubungan Indonesia dan Inggris meregang sehingga Inggris mengeluarkan ultimatum agar para pemuda menyerah paling lambat 10 November 1945 pukul 06.00. Namun, semangat yang disampaikan oleh Bung Tomo membuat arek-arek Surabaya berani melawan sehingga 10 November diperingati sebagai hari pahlawan.

2. Pertempuran Ambarawa


Pertempuran Ambarawa disebabkan karena adanya  penyerangan dan penindasan rakyat di Magelang yang menimbulkan perlawanan dari TKR. Perlawanan ini terjadi pada 23 November 1945 hingga 12 Desember 1945, yang dipimpin oleh Imam Adrongi dan Letkol M. Sarbini. Letkol Isdiman, Mayor Suharto, dan Kolonel Sudirman juga ikut terlibat dalam pertempuran ini. Pasukan Sekutu dan NICA yang terdesak mundur pada tanggal 15 Desember 1945 dan akhirnya meninggalkan daerah Ambarawa dan menandai keberhasilan pertempuran Ambarawa. Untuk mengenang kejadian pertempuran ini setiap tanggal 15 Desember diperingati sebagai Hari Infanteri.

3. Bandung Lautan Api

Pada bulan Oktober 1945, pasukan Sekutu dan NICA mulai datang serta melakukan penguasaan di sejumlah wilayah terutama di Bandung. Pasukan Sekutu dan NICA mengeluarkan ultimatum kepada rakyat Bandung sehingga memancing kemarahan rakyat Bandung sehingga pertempuran bersenjata berlangsung pada November 1945-Maret 1946. Puncak pertempuran terjadi ketika tanggal 23 Maret 1946, pihak Sekutu dan NICA mengeluarkan ultimatum seluruh masyarakat harus meninggalkan kota Bandung. Komandan Divisi III Siliwangi A.H. Nasution bersama pemuda mengambil inisiatif untuk mengosongkan kota Bandung dan membakar seluruh kota beserta infrastruktur penting pemerintahan ataupun militer pada tanggal 24 Maret 1946. Salah satu tokoh yang berperan dalam pertempuran ini adalah Moh. Toha yang harus gugur ketika berupaya meledakkan gudang mesiu milik NICA di Bandung Selatan. Peristiwa ini bersejarah ini dikenal dengan Peristiwa Bandung Lautan Api.

4. Pertempuran Medan Area

Ada beberapa peristiwa yang melatarbelakangi pertempuran Medan Area. Pertama merupakan insiden yang dilakukan oleh salah satu pengunjung hotel di Jalan Bali, Medan tanggal 13 Oktober 1945, yang menginjak lencana merah putih kemudian para pemuda Indonesia marah dan menyerang hotel tersebut sehingga timbul banyak korban. Kedua adalah adanya ultimatum dari pimpinan tentara Sekutu di Sumatera Utara yaitu T.E.D. Kelly tanggal 18 Oktober kepada rakyat Indonesia untuk menyerahkan senjatanya kepada Sekutu. Hal ini memicu perlawanan antara rakyat Medan dengan sekutu. Pada tanggal 1 Desember 1945, pihak Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai tempat di pinggiran kota Medan. Peristiwa ini menimbulkan terjadinya pertempuran yang lebih besar antara rakyat Medan melawan Sekutu. Kemudian sekutu dan NICA melakukan aksi besar-besaran sejak 10 Desember 1945 yang mengusir dan menindas rakyat Indonesia.

5. Puputan Margarana

Belanda berhasil menduduki beberapa daerah di Bali pada Maret 1946. Perlawanan rakyat mulai muncul dibawah pimpinan I Gusti Ngurah Rai dibantu oleh TRI-Laut Kapten Markadi. Pada masa itu, Indonesia telah menyetujui perjanjian Linggarjati dimana secara de facto wilayah Indonesia hanya terdiri dari Sumatera, Jawa dan Madura. Dengan semangat membara I Gusti Ngurah Rai tetap berusaha mengusir Belanda dari Bali dengan melakukan long march dan bergerilya melawan musuh. Puncak dari serangan pasukan Belanda terjadi pada tanggal 20 November 1946. Pasukan Belanda mengepung dan menyerang desa Marga tempat I Gusti Ngurah Rai bersembunyi. Dipeperangan ini banyak sekali ketidakseimbangan kekuatan antara tentara Indonesia dan Belanda, I Gusti Ngurah Rai semangat dan tetap bertempur hingga titik darah penghabisan dan pada tanggal 29 November 1946, Ngurah Rai gugur dalam pertempuran melawan Belanda, peristiwa pertempuran antara Belanda dan tentara Indonesia di Bali dikenal dengan Perang Puputan.

Selain jalan pertempuran yang diambil dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, ada juga jalan diplomasi atau berunding yang dipilih oleh pemerintah Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1.  Perjanjian Linggarjati

Perjanjian ini terjadi di Desa Linggarjati, perbatasan antara Cirebon dan Kuningan, pada tanggal 10 November 1946. Indonesia diwakili Sutan Syahrir, A.K. Gani, Susanto Tirtoprojo, dan Mohammad Roem. Pihak Belanda diwakili Schermerhorn, dan penengah dari pihak Inggris diwakili Lord Killearn. Hasil dari perjanjian ini antara lain:

a. Belanda mengakui secara de facto wilayah Jawa, Sumatra, dan Madura adalah milik Indonesia.

b. RI dan Belanda membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).

c. RI dan Belanda membentuk Uni Indonesia-Belanda dan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

2.  Perundingan Renville

Perundingan ini dilakukan pada 8 Desember 1947 – 17 Januari 1948 yang dilakukan di atas kapal perang angkatan laut Amerika Serikat bernama USS Renville, maka dari itu perjanjian ini disebut dengan Perjanjian Renville. Saat itu Indonesia diwakili oleh Amir Sjarifuddin dan Belanda diwakili oleh Abdulkadir Widjojoatmodjo. Dihadiri pula Komisi Tiga Negara yang diwakili oleh Richard Kirby, Paul van Zeeland, Frank Graham. Ada pun hasil dari perundingan ini ialah:

a. Penghentian tembak menembak

b. Daerah-daerah di belakang Garis van Mook harus dikosongkan dari tentara Indonesia.

c.  Belanda bebas membentuk negara federal di daerah-daerah yang diduduki melalui jajak pendapat terlebih dahulu.

d.  Akan dibentuk uni Indonesia-Belanda.

3.  Resolusi Dewan Keamanan PBB

Belanda melakukan tindakan agresi militer kedua menimbulkan reaksi dari PBB. Dewan Keamanan PBB pada tanggal 28 Januari 1949 mengeluarkan sebuah resolusi yang berisi sebagai berikut:

a.  Penghentian semua operasi militer dengan segera oleh Belanda dan penghentian semua aktivitas gerilya oleh Republik Indonesia. Kedua pihak harus bekerja sama untuk mengadakan perundingan kembali

b. Pembebasan dengan segera dan dengan tidak bersyarat semua tahanan politik di dalam daerah Republik Indonesia oleh Belanda semenjak tanggal 19 Desember 1948.

c. Belanda harus memberikan kesempatan kepada pembesar-pembesar pemerintah Republik untuk kembali ke Yogyakarta.

Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya dengan dasar Perjanjian Linggajati, Perjanjian Renville, terutama berdasarkan pembentukan suatu Pemerintah Interim Federal paling lambat pada tanggal 15 Maret 1949; pemilihan untuk Dewan Pembuat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Serikat selambat-lambatnya pada tanggal 1 Juli 1949. Komisi Tiga Negara diganti menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia atau United Nation Commission for Indonesia (UNCI).

4.  Perundingan Roem Royen

UNCI membuat rencana perundingan kembali dengan delegasi Indonesia dalam perundingan itu dipimpin oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan dari dipimpin oleh Dr. Van Royen. Perundingan dimulai pada tanggal 17 Apri11949 di Hotel Des Indes, jalur diplomasi ini dipimpin oleh Merle Cochran, wakil Amerika Serikat dalam UNCI. Setelah melalui perundingan yang berlarut-larut, maka pada tanggal 7 Mei 1949 tercapai persetujuan yang kemudian dikenal sebagai Persetujuan Roem-Royen atau Roem Royen Statements. Isi dari perundingan tersebut antara lain:

a. Belanda meninggalkan Ibu kota Republik Indonesia Yogyakarta.

b. TNI menduduki Ibu kota Yogyakarta.

c. Presiden dan wakil presiden serta para pemimpin lainnya kembali dari tempat pengasingan ke ibu kota negara.

d.  Panglima Besar Jenderal Soedirman kembali ke Yogyakarta dari medan gerilya.

e. PDRI mengembalikan mandatnya kepada pemerintah Republik Indonesia di Yogyakarta.

5.  Konferensi Inter-Indonesia

Republik Indonesia dan pihak BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg)  mengadakan pertemuan pada tanggal 19-22 Juli 1949 di Yogyakarta. Pertemuan dilanjutkan kembali tanggal 31 Juli-2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan dalam konferensi itu mencakup masalah pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Dalam konferensi itu dibicarakan pula bentuk kerja sama RIS dengan pemerintah Belanda dalam perserikatan uni, serta masalah kewajiban RIS dan Belanda dalam hal penyerahan kekuasaan. Di bidang militer, konferensi telah memutuskan beberapa poin-poin penting sebagai berikut:

a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah Angkatan Perang Nasional.

b. TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang Indonesia yang ada di dalam KNIL, VB (Veiligherd Bataljons), dan kesatuan-kesatuan tentara Belanda lainnya dengan syarat-syarat yang akan ditentukan lebih lanjut.

c. Masalah pertahanan keamanan merupakan hak pemerintah RIS.

Negara-negara bagian tidak berhak untuk memiliki angkatan perang sendiri. Selain itu juga diputuskan keputusan penting sebagai berikut:

a. Tanggal 17 Agustus ditetapkan sebagai Hari Nasional Negara RIS.

b. Bendera Merah Putih ditetapkan sebagai bendera RIS.

c. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya menjadi Lagu Kebangsaan RIS.

d. Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai Bahasa Nasional RIS.

e. Ir. Soekarno ditetapkan sebagai Presiden RIS.

6.  Konferensi Meja Bundar (KMB)

Perundingan ini pernah terjadi di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus 1949 – 2 November 1949. Perwakilan dari Belanda yaitu Mr. Van Maarseveen dan perwakilan Indonesia diwakili oleh Moh. Hatta, dan delegasi UNCI ialah Chritchley. Ada pun hasil dari Konferensi Meja Bundar  ialah:

a. Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).

b. Masalah Irian Barat diselesaikan setahun kemudian.

c. RIS harus membayar utang-utang Belanda sampai pengakuan kedaulatan.

d. RIS mengembalikan hak milik Belanda seperti perusahaan-perusahaan Belanda.

Faktor-faktor yang membuat Indonesia harus mengadakan jalur diplomasi dan pertempuran untuk mempertahankan kemerdekaan yaitu adanya peristiwa agresi Belanda I. Agresi ini adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatra terhadap Republik Indonesia yang dilaksanakan dari 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus 1947 serta adanya agresi Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.

Di era milinial seperti saat ini, ada beberapa bentuk upaya yang bisa dilakukan para pemuda untuk mempertahankan kemerdekaan, yaitu dengan cara sebagai berikut:

1. Menekankan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari

2. Mengembangkan dan melestarikan kebudayaan bangsa

3. Giat belajar agar kelak bisa ikut memajukan kehidupan bangsa.

4. Ikut serta dalam kegiatan organisasi masyarakat

5. Jika muncul konflik diselesaikan dengan musyawarah mufakat

6.  Memupuk dan menjaga persatuan lewat gotong royong, kerja bakti dan lain sebagainya

7. Aktif melaporkan jika mengetahui adanya gerakan separatism

8. Menjaga persatuan dan kesatuan.

9. Mencintai dan memakai produk dalam negeri.

10.Ikut serta dalam perekrutan tentara negara Indonesia dan dalam bentuk bela negara.