Hasil Belajar: Konsep Dasar, Teori, dan Faktor yang Mempengaruhinya
Konsep Dasar Hasil Belajar
Secara etimologi hasil belajar terdiri dari dua kata yakni hasil dan belajar. R. Gagne menguraikan bahwa hasil dipandang sebagai kemeampuan internal yang menjadi milik orang dan orang itu melakukan sesuatu.Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku ini meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh sebab itu belajar adalah proses aktif, yaitu proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu.
Belajar adalah suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang telah dipelajari
Belajar merupakan proses dimana proses tingkah laku yang timbul karena latihan dan pengalaman, definisi tersebut diuraikan oleh James O. Sedangkan menurut Witherington dalam bukunya educational psychology menguraikan bahwa belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai pola baru pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian.
Winkel menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental/ psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap.
Belajar boleh dikatakan juga sebagai suatu interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah proses internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yangbelajar, dan dilakuan secara aktif, dengan segenap pancaindra ikut berperan.
Demikian dengan halnya dengan Witherington, merumuskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanifestasikan dalam perubahan pengasaan pola-pola respon atau tingkah laku yang baru, yang ternyata dalam perubahan, keterampilan kebiasaan, kesanggupan atau permasalahan.
Menurut Budiningsih, belajar merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan, yang mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif, berpikir, menyusun konsep, dan memberi makna tentanghal- hal yang sedang dipelajari.
Sedangkan menurut Purwanto, belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan.
Selain itu menurut Thohirin, belajar merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sabagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Dari beberapa rumusan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut di atas, maka dapat ditarik beberapa prinsip sebagai berikut :
- Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha perubahan prilaku;
- Kedua, bahwa hasil belajar ditandai dengan perubahan prilaku secara keseluruhan meliputi semua aspek prilaku, aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor;
- Ketiga, bahwa dalam aktifitas belajar tersebut ada sesuatu yang mendorong dan ada suatu tujuan yang akan dicapai;
- Keempat, bahwa belajar tersebut merupakan suatu proses aktififtas jiwa raga yang berkesinambungan yang bersifat dinamis dan berkaitan; dan
- Kelima, bahwa belajar merupakan bentuk pengalaman nyata berupa interaksi individu/ manusia dengan lingkungannya, baik dalam lingkungan lembaga informal, formal maupun non formal.
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dari proses yang ditempuh oleh siswa selama kegiatan pembelajaran.
Teori Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar guru menetapkan beberapa tujuan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam beljar adalah berhasil mencapai tujuan- tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.Menurut Dimyati dan Mujiono hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhir dengan proses evaluasi belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa.
Hasil belajar tersebut dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor dan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain, suatu transfer belajar.
Menurut W. Winkel yang dikutip oleh Winarno, hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka. Hasil belajar siswa bagi kebanyakan orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Sardiman menyatakan bahwa dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebioh giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya.
Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Benyamin S.Bloom, dkk menguraikan bahwa hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi jenjang kemampuan, mulai dari jenjang yang sederhana menjadi jenjang yang kompleks, mulai hal yang mudah menjadi hal yang sulit, mulai yang kongkrit sampai yang abstrak.
Ketiga domain tersebut akan memberikan tolak ukur dalam keberhasilan belajar yang ditempuh siswa dalam proses pembelajarn, ranah tersebut mempunyai beberaoa domain kemampuan yang mendukung keberhasilan belajar. Sebagai berikut rincian dari domain diatas.
Domaian kognitif (cognitive domain) mempunyai enam jenjang meliputi:
- Pengetahuan dan ingatan (knowladge), mengingatkan kembali, siswa diminta untuk mengingat kembali satu atau lebih fakta-fakta sederhana.
- Pemahaman, menjelaskan, meringkas, (comprehention), merupakan tingkat berikutnya dari ranah kognitif berupa kemampuan memahami bahwa ia memahami tentang isi, siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia mamahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
- Penerapan (aplication), untuk penggunaan penerapan, siswa dituntut memiliki kemampuan untuk memilih atau menyeleksi generalisasi atau abstraksi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan atau cara) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan penerapannya secara benar.
- Menguraikan, menentukan hubungan (analysis), merupakan kemampuan penjabaran isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok. Untuk analisis siswa diminta untuk menganalisis atau hubungan sesuatu yang kompleks atau konsep- konsep dasar.
- Mengorganisasikan, mensintesis, merencanakan membentuk bangunan baru, merupakan kemampuan menggabungkan unsur- unsur pokok kedalam struktur yang baru.
- Menilai (evaluation). Dalam evaluasi, siswa diminta untuk menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu kasus.
Domain afektif (affective domain) yaitu sikap yang menjadi bagian dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku tersebut, meliputi:
- Sikap menerima (receifing) merupakan tingkat rendah dari domain afektif berupa perhatian terhadap stimulus secara pasif yang meningkat menjadi lebih aktif.
- Partisipasi (participation) merupakan stimulus yang selalu menanggapi secara aktif.
- Menentukan penilaian (valuing) kemampuan menilai kegiatan yang telah terjadi dan mengambil bagian atas apa yang terjadi, dalam hal ini siswa diminta untuk menunjukkan penerimaan terhadap nilai.
- Mengorganisai (organization) kemampuan siswa untuk mengorganisai nilai- nilai ke suatu organisasi yang lebih besar.
- Pembentukan pola hidup (karakterisasi)dengan mengkonseptualisasikan masing- masing merespon, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan. Dari kelima jangkauan ranah afektif akan membantu tercapainya keberhasilan belajar.
Domain kemampuan ranah psikomotor yang berhubungan dengan keterampilan motorik. Manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi syaraf dan koordinasi badan meliputi:
- Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerak tubuh yang menekankan kepada kekuatan, ke epatan, ketepatan dari gerak tubuh, siswa diharapkan mampu menampakkan gerak yang membuktikan kekuatan tubuh.
- Ketepatan gerak yang dikoordinasikan, merupakan ketrampilan menghubungkan gerak secara berurutan, dalam hal ini misalnya siswa di harapkan mampu malaksanakan gerak yang diperintah dengan lisan.
- Perangkat komunikasi, melakukan komunikasi tanpa kata, siswa mampu berkomunikasi dengan gerak tubuh. Dari ketiga domain psikomotor akan menjadi satu-kesatuan yang membantu tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran.
Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa, terutama kamampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar siswa yang dicapai. Menurut Roestiyah, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua yaitu:Faktor Internal
Faktor Internal adalah factor yang timbul dari dalam diri anak sendiri. Faktor Internal ini meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmani) dan aspek psikologis (yang bersifat rohani).1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam:a. Keadaan jasmani.
Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.b. Keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehingga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indera yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga.2. Faktor Psikologis
Faktor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi , minat, sikap dan bakat.a. Kecerdasan /intelegensia siswa
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya.Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes. Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut:
Tingkat kecerdasan (IQ) | Klasifikasi |
140 – 169 | Amat superior |
120 – 139 | Superir |
110 – 119 | Rata-rata tinggi |
90 – 109 | Rata-rata |
80 – 89 | Rata-rata rendah |
70 – 79 | Batas lemah mental |
20 – 69 | Lemah mental |
Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
- Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169
- Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139
- Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110— IQ 119
- Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109
- Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89
- Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79
- Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental.
Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.